digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lapangan K, salah satu lapangan dengan tingkat heterogenitas yang tinggi ini sudah diproduksikan sejak tahun 1986 dan sekarang dapat dikategorikan sebagai lapangan yang sudah tua. Reservoir K-1 memiliki karakteristik sebagai formasi batuan pasir dengan nilai resistivitas batuan dan permeabilitas yang rendah berdasarkan hasil interpretasi logging. Namun dengan menggunakan analisis petrografi, reservoir K-1 dikonfirmasi memiliki dominasi batuan pasir dimana terdapat lapisan-lapisan tipis dari batuan shale. Berdasarkan produksi dari 3 sumur yang ada, produksi kumulatif dari reservoir K-1 hanya dapat mencapai 3% nilai perolehan maksimum dari total cadangan. Inefesiensi dari skenario pengembangan reservoir saat ini pada akhirnya memotivasi studi lanjut untuk pengembangan menggunakan sumur horisontal dengan metode perekahan batuan hidrolik multi-tahap sebagai salah satu opsi untuk memaksimalkan perolehan dari reservoir shaly-sand ini. Tantangan utama dalam melakukan metode perekahan batuan hidrolik pada sumur horisontal adalah memastikan propagasi dari rekahan dapat melewat hambatan permeabilitas rendah arah vertikal dari lapisan shale di dalam reservoir sehingga dapat meningkatkan perolehan minyak dari semua lapisan. Tantangan ini biasanya dipengaruhi oleh kekontrasan properti stress antara lapisan shale dan sand yang akan mempengaruhi propagasi dari rekahan yang terbentuk. Maka dari itu, properti stress yang kontras harus dikonsiderasi dalam mendesain metode perekahan batuan hidrolik sehingga dapat menghasilkan rekahan dengan geometri yang diinginkan. Hasil dari studi menunjukkan bahwa desain hydraulic fracturing yang mempertimbangkan kekontrasan stress akan memberikan fracture yang lebih konduktif dan juga memberikan peningkatan pada permeabilitas efektif dan laju alir minyak. Parameter lain yang mempengaruhi propagasi rekah ketika perekahan batuan hidrolik adalah koneksi antar rekah saat proses pertumbuhan. Pertumbuhan rekah yang satu dapat membatasi pertumbuhan rekah yang lain sehingga menyebabkan proses screen-out yang lebih cepat, dan kemudian menghasilkan pertumbuhan rekah vertikal yang tidak optimum. Untuk itu, hasil teknologi hydrajetting dalam perekahan multitahap akan dianalisa sebagai upaya preventif untuk menghindari restriksi selama propagasi rekah dan hasil analisa menunjukkan bahwa panjang fracture yang terbentuk 4 kali lebih panjang dari fracture yang biasa terbentuk pada operasi fracturing melalui multislot. Studi ini memberikan analisis komprehensif dalam mendesain metode perekahan batuan hidrolik multi-tahap pada sumur horisontal dengan mengkonsiderasi properti kontras stress dari lapisan shale dan sand sehingga dapat mendukung evaluasi teknis dan keekonomian dan memberikan rekomendasi skenario pengembangan yang optimum untuk memaksimalkan perolehan dari reservoir K-1. Skenario ini memberikan performa produksi reservoir yang paling baik dimana pengurasan arah lateral ditingkatkan melalui keberadaan sumur horisontal dan restriksi permeabilitas vertikal yang juga teratasi dari terbentuknya stress, sehingga memberikan peningkatan 37.96% perolehan minyak dari metode sebelumnya. Selain itu, perekahan batuan hidrolik multitahap juga memberikan hasil keekonomian yang paling baik dari parameter IRR, NPV kontraktor dan pemerintah, payout time, serta indeks profit.