Antibiotik merupakan senyawa yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh
suatu mikroorganisme patogen dalam tubuh manusia. Namun, kemampuan antibiotik tersebut akan
terhambat oleh mekanisme resistensi pada mikroba yang semakin hari semakin meningkat. Berbagai
upaya dilakukan untuk menurunkan angka resistensi, salah satunya dengan menemukan antibiotik
baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi metabolit sekunder dan menguji aktivitas antimikroba
jamur endofit asal spons laut perairan Pulau Seribu, yaitu Aspergillus amstelodami. Aspergillus
amstelodami difermentasi dengan metode statik selama 30 hari untuk memperoleh metabolit
sekunder jamur tersebut. Hasil fermentasi berupa media dan miselium diekstraksi dengan pelarut etil
asetat. Ekstrak media dan miselium dipantau menggunakan kromatografi lapis tipis analitik dengan fase
gerak etil astetat : heksana (1:9). Aktivitas antimikroba kedua ekstrak ditentukan dengan metode difusi
agar. Ekstrak media memiliki aktivitas antimikroba paling baik dengan diameter hambat 8 mm terhadap
Escherichia coli, 10 mm terhadap Staphylococcus aureus, dan 7,8 mm terhadap Candida albicans.
Ekstrak media difraksinasi dengan metode kromatografi kolom klasik sistem elusi gradien dengan
kepolaran pelarut yang meningkat. Fraksi 27 memiliki aktivitas antimikroba paling baik dengan
diameter hambat 21,5 mm terhadap Escherichia coli, 23,15 mm terhadap Staphylococcus aureus, dan
18 mm terhadap Candida albicans. Fraksi 27 didentifikasi menggunakan LC-MS dengan metode ionisasi
Electrospray. Spektrum massa ESI-MS menunjukkan bahwa fraksi diprediksi mengandung senyawa
patulin dan ochratoxin A yang memiliki aktivitas antimikroba, serta senyawa lain dengan bobot molekul
226 g/mol dan 285 g/mol. Dengan demikian, fraksi metabolit sekunder Aspergillus amstelodami
berpotensi dikembangkan sebagai antimikroba.
Perpustakaan Digital ITB