digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Faizal Muttaqin
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Australia, lempeng Philipina, dan lempeng Sunda atau lebih dikenal dengan nama triple junction. Akibat aktivitas lempeng ini muncul salah satu sesar yaitu sesar Palu-Koro dengan kecepatan 41-45 milimeter per tahun. Berbagai kejadian gempa terjadi karena aktivitas dari sesar ini. Salah satunya yang terbesar adalah gempa Palu 28 September 2018 dengan Magnitudo 7,5 serta menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai tingkat aktivitas sesar Palu Koro. Salah satunya adalah pengamatan GPS untuk mengetahui pola deformasi dengan harapan dapat digunakan sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana. Metode penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah data rinex GPS dari CORS BIG dan IGS menggunakan software Bernese 5.2. Hasil dari pengolahan ini yaitu berupa deret waktu, vektor pergeseran akibat gempa, dan vektor kecepatan pergeseran akibat gempa. Hasilnya adalah terjadi perubahan posisi secara horizontal akibat gempa Palu 28 Septmeber 2018. Besarnya vektor pergeseran titik stasiun pengamatan akibat gempa memiliki rentang dari 1,4 mm sampai dengan 25,53 mm. Untuk arah dari semua stasiun adalah dominan utara pada Sulawesi bagian utara dan dominan selatan pada Sulawesi bagian selatan. Hal ini terjadi karena efek coseismic gempa akibat dari pergerakan sesar Palu Koro yaitu sesar mendatar mengiri berarah utara-selatan. Vektor kecepatan pergeseran sebelum gempa berkisar antara 0,0039 m/th sampai dengan 0,0259 m/th. Sedangkan vektor kecepatan pergeseran setelah gempa berkisar antara 0,0039 m/th sampai dengan 0,0938 m/th. Residu kecepatan pergeseran akibat gempa berkisar antara 0,0047 m/th sampai dengan 0,0961 m/th. Residu ini mengindikasikan adanya efek postseismic dari gempa yang menghasilkan pola deformasi.