BAB 1 Erdiani Marcelini Erwandi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Erdiani Marcelini Erwandi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Erdiani Marcelini Erwandi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Erdiani Marcelini Erwandi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Erdiani Marcelini Erwandi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Erdiani Marcelini Erwandi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 7 Erdiani Marcelini Erwandi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Dengan luas wilayah 29.267 Ha, Kampung Batik Laweyan merupakan salah satu pusat industri batik
di Solo. Terdapat 85 pengusaha di Kampung Batik Laweyan dengan berbagai jenis kegiatan usaha batik
dan jenis pengusaha batik. Kampung ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat batik, tetapi juga sebagai
pusat destinasi wisata budaya bagi pecinta batik. Khususnya untuk kalangan pengusaha batik skala
kecil dan menengah belum terwadahi secara penuh di Kampung Batik Laweyan ini. Hal ini diakibatkan
terbatasnya modal usaha lahan untuk membangun outlet untuk masing-masing individu. Terkait
dengan masalah tersebut, penulis mengusung konsep Laweyen Batik Joint outlet untuk
mengakomodasi metode pemasaran gotong-royong. Laweyan Batik Joint outlet, akan tersebar pada
tiga titik lokasi di Kampung Batik Laweyan Solo. Pemilihan lokasi didasarkan pada kepadatan industri
batik, variasi industri non batik, kepadatan saudagar batik, dan besarnya pengaruh pada kampung
lainnya. Dalam Tugas Akhir AR 4099, penulis memilih Kampung Setono sebagai proyek representatif
Laweyan Batik Joint outlet ini. Kampung Setono dipilih sebagai proyek percontohan untuk dua proyek
joint outlet lain dikarenakan memiliki kepadatan saudagar batik dan kepadatan industri batik tertinggi
daripada tujuh kampung lain yang ada di Laweyan serta lokasinya yang di pinggir Sungar Jenes dan
adanya IPAL Laweyan sebagai pengolahan limbah batik di Kampung Laweyan. Perancangan joint outlet
menerapkan sistem ruang eksisting Laweyan, yaitu sistem rumah Jawa – pabrik batik dengan desain
fasad kontras agar pariwisata arsitektur tradisional Laweyan dapat dimaksimalkan dan tidak
berkompetisi satu dengan yang lainnya. Laweyen Batik Joint outlet diharapkan dapat meningkatkan
kapasitas pemasaran batik beserta kondisi pariwisata ekonomi batik Kampung Batik Laweyan Solo.
Perpustakaan Digital ITB