digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Risa Erlinda Octarina
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Risa Erlinda Octarina
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Risa Erlinda Octarina
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Risa Erlinda Octarina
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Risa Erlinda Octarina
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Risa Erlinda Octarina
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan


Cryptocarya merupakan salah satu genus tumbuhan dari famili Lauraceae yang tersebar di wilayah Asia, Australia dan Melanesia. Di Indonesia, Cryptocarya dikenal dengan nama lokal “huru” atau “medang”. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan ini sebagai bahan bangunan, bahan baku pulp pada industri kertas, dan obat tradisional. Kegunaan tumbuhan ini menjadi pendorong kajian-kajian fitokimia pada genus ini. Kajian fitokimia pada genus Cryptocarya menunjukkan bahwa metabolit sekunder genus ini meliputi piron, flavonoid, alkaloid, stilben, lignan, terpenoid, steroid, dan asam karboksilat. Alkaloid merupakan metabolit sekunder utama pada Cryptocarya asal Australia sedangkan piron dan flavonoid merupakan metabolit sekunder utama pada Cryptocarya asal Indonesia. Salah satu spesies Cryptocarya yang ada di Indonesia adalah Cryptocarya nitens. Senyawa yang telah diisolasi pada spesies ini yaitu yangambin (132) dari bagian kulit batang, dan (-)-(6S,2’R)- deasetilkriptokaryalakton (165) serta kriptofolion (22) dari bagian daun. Namun, kajian fitokimia pada bagian daun Cryptocarya nitens tersebut belum tuntas sehingga dilakukan penelitian lebih lanjut. Proses fraksinasi dan pemurnian dilakukan dengan berbagai teknik kromatografi seperti kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom gravitasi (KKG) dan kromatografi radial (KR). Pada penelitian ini, delapan isolat telah berhasil diisolasi dari ekstrak metanol daun Cryptocarya nitens. Lima dari delapan isolat disarankan memiliki struktur kriptokaryalakton (163 dan 164), dan satu isolat lain diidentifikasi sebagai (+)- (6R,2’R)-deasetilkriptokaryalakton (166). Kedua senyawa tersebut merupakan turunan piron. Sementara itu, struktur dari dua isolat lainnya masih dalam proses analisis. Berdasarkan analisis NMR, putaran optik, kromatografi lapis tipis (KLT) dan dengan membandingkan data literatur maka lima isolat yang disarankan memiliki kerangka kriptokaryalakton (163 dan 164) ternyata merupakan diastereomer. Tiga isolat disarankan memiliki struktur (+)- (6R,2’S)-kriptokaryalakton (163) sedangkan dua isolat lainnya memiliki struktur (+)- (6R,2’R)-kriptokaryalakton (164). Senyawa kriptokaryalakton (163 dan 164) dan deasetilkriptokaryalakton (166) untuk pertamakalinya dilaporkan dari tumbuhan Cryptocarya Indonesia. Kedua senyawa tersebut telah diisolasi dari spesies Cryptocarya lain, yaitu C. bourdillonia, C. liebertiana, C. moschata, dan C. wyliei.