digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Muhammad Sholeh
PUBLIC Resti Andriani

Identifikasi alterasi hidrotermal merupakan aspek yang penting pada eksplorasi mineral dan panas bumi. Pemetaan alterasi menggunakan data optis penginderaan jauh terbukti efektif dilakukan pada daerah kering-semi kering namun teknik pemetaan tersebut memiliki keterbatasan terhadap daerah yang tertutup vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pendekatan terintegrasi dengan menggunakan metode pemetaan alterasi hidrotermal di daerah bervegetasi menggunakan data citra optik. Daerah studi kasus Wayang Windu di Jawa Barat, Indonesia merupakan lokasi pada studi kasus ini karena daerah ini memiliki tipe tata guna dan tutupan lahan yang bervariasi serta memiliki sebaran alterasi hidrotermal sebagai bagian dari lapangan panas bumi. Pemercontoan yang digunakan berasal dari pemboran sumur dangkal. Conto tersebut memiliki warna merah kekuningan hingga coklat dengan fragmen kasar kecil dan dianalisis dengan X-ray diffraction, X-ray fluorescence dan reflektansi spektroskopi. Teridentifikasi mineral alterasi seperti kelompok mineral silikat (albit, kaolinit, halosit dan andesin), oksida (magnetit, gibsit, hematit, goetit dan kristobalit) dan mineral sulfat yang dikelompokkan kedalam tipe alterasi argilik lanjut dan propilitik. Data optis advanced spaceborne thermal emission and reflection (ASTER) telah digunakan untuk menginvestigasi mineral alterasi hidrotermal yang berasosiasi dengan sistem panas bumi daerah penelitian yang sebelumnya dilakukan klasifikasi tata guna dan tutupan lahan menggunakan citra foto udara dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification). Metode pemetaan yang diaplikasikan terhadap daerah penelitian ini seperti spectral angle mapper (SAM) digunakan terhadap daerah tidak bervegetasi sampai daerah vegetasi jarang dengan nilai indeks vegetasi 0–0,15, linear spectral unmixing (LSU) digunakan terhadap daerah vegetasi jarang–vegetasi rendah dengan nilai indeks vegetasi 0–0,3 dan metode berbasis principal component analysis (DPCA) yang mampu digunakan pada daerah tidak bervegetasi sampai bervegetasi lebat dengan indeks vegetasi < 0–0,45. Pengaplikasian ketiga metode tersebut berhasil memetakan zona sebaran alterasi daerah-daerah anomali yang berhubungan dengan manifestasi panas bumi yang berada di daerah penelitian yang memiliki variasi vegetasi dan diperkuat dengan hasil uji laboratorium sebagai klarifikasi.