digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gaharu adalah akumulasi resin yang merupakan sekresi metabolit sekunder beraroma wangi sebagai bagian dari respons pertahanan diri spesies penghasil gaharu terhadap luka, kehadiran patogen, dan akibat stres lainnya. Di antara spesies penghasil gaharu, Gyrinops versteegii merupakan spesies yang belum banyak dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pembentukan gaharu pada G. versteegii yang diinjeksi dan diinokulasi fungi Fusarium solani strain Gorontalo (GSL1), strain Jambi (GSL2), dan medium Potato Dextrose Broth (PDB) selama 3 bulan. Respons inokulasi diamati dari luas pembentukan zona kolorasi kemudian dianalisis dengan uji olfaktori, pengamatan anatomi, dan deteksi metabolit dengan menggunakan GC-MS. Hasil penelitian menunjukan bahwa pohon G. versteegii yang diinjeksi menunjukan respons yang berbeda dibandingkan pohon kontrol. Respons ditandai dengan pembentukan zona kolorasi di sekitar area injeksi dengan zona paling luas yang disebabkan inokulasi F. solani strain GSL1, diikuti strain GSL2 dan medium PDB. Hasil pengamatan histologi menunjukan kemiripan struktur berupa terbentuknya included phloem sebagai struktur penyimpan resin gaharu pada perlakuan GSL1, GSL2, dan PDB. Hasil uji olfaktori menyatakan seluruh sampel gaharu inokulasi GSL1 dan GSL2 tergolong wangi sedangkan gaharu hasil injeksi dengan PDB tergolong kurang wangi dibandingkan sampel kontrol. Analisis GC-MS mendeteksi beberapa senyawa yang umum ditemukan sebagai penyusun gaharu seperti 1-Octadecene; Benzene, 1,3-bis(1,1-dimethylethyl)-; 2,4-Di-tert-butylphenol; dan Hexadecanoic acid, methyl ester dengan komposisi paling tinggi pada sampel dengan perlakuan GSL1. Berdasarkan pembentukan zona kolorasi, aroma, serta kandungan metabolit sekunder, dapat disimpulkan bahwa inokulasi F. solani GSL1 paling baik dalam menginduksi pembentukan gaharu pada G. versteegii.