2019_DS_PP_NI_PUTU_EKA_LELIQIA_1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC yana mulyana COVER Ni Putu Eka Leliqia
PUBLIC yana mulyana BAB 1 Ni Putu Eka Leliqia
PUBLIC yana mulyana BAB 2 Ni Putu Eka Leliqia
PUBLIC yana mulyana BAB 3 Ni Putu Eka Leliqia
PUBLIC yana mulyana BAB 4 Ni Putu Eka Leliqia
PUBLIC yana mulyana BAB 5 Ni Putu Eka Leliqia
PUBLIC yana mulyana PUSTAKA Ni Putu Eka Leliqia
PUBLIC yana mulyana
Penggunaan antibiotik memegang peranan penting dalam penanganan penyakit
infeksi. Namun, penggunaan jangka panjang yang tidak terkontrol atau penggunaan
antibiotik yang tidak tepat memicu terjadinya resistensi bakteri. Pilihan terapi untuk
kasus resistensi sangat terbatas, sehingga diperlukan suatu pengembangan
antibakteri generasi baru. Skrining antibakteri dan kandungan kimia dari tanaman
merupakan salah satu alternatif dan titik awal penemuan antibakteri baru
Ekstrak etanol daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) v. Steenis] telah terbukti
aktif menghambat pertumbuhan beberapa bakteri Gram positif dan Gram negatif,
yaitu Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,
Methicillin-Resistant Coagulase-Negative Staphylococcus dan Methicillin-
Susceptible Staphylococcus aureus (MSSA). Kandungan kimia yang terdapat
dalam daun binahong seperti tanin, saponin, alkaloid, triterpenoid, dan flavonoid
telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Studi keamanan ekstrak etanol daun
binahong melalui pengujian toksisitas akut dan subkronis menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak tidak memberikan gejala toksik dan abnormalitas pada tikus.
Salah satu cara untuk menemukan senyawa aktif dari tanaman adalah dengan
menggunakan metode bioassay guided fractionation. Dengan mengetahui aktivitas
dari suatu kelompok senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi, dapat dilakukan
isolasi senyawa sehingga diperoleh senyawa tunggal aktif. Penelitian tentang fraksi
aktif dari daun binahong yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri
belum ditemukan sampai saat ini. Namun beberapa penelitian terhadap senyawa
yang terdapat dalam daun binahong seperti asam ursolat telah terbukti memiliki
aktivitas antibakteri.
Penggunaan kombinasi antibiotik yang diberikan secara bersamaan menjadi salah
satu strategi terapi untuk meningkatkan efikasi terapi antibakteri dan mengatasi
resistensi bakteri. Pemberian kombinasi antibakteri secara klinik sering dimulai
berdasarkan hasil uji in vitro yang memberikan efek sinergis dalam menghambat
pertumbuhan bakteri patogen. Amoksisilin, tetrasiklin HCl, dan siprofloksasin
merupakan antibiotik yang umum diberikan untuk terapi infeksi. Kombinasi
antibiotik tersebut dengan beberapa ekstrak tanaman maupun kandungan kimia
tanaman menunjukkan efek sinergis. Namun, selain potensi manfaat dari efek
iii
sinergis antara agen antibakteri, terdapat pula risiko terjadinya efek merugikan atau
efek samping terkait keamanan obat karena salah satu agen antibakteri dapat
mempengaruhi aktivitas agen lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi
daun binahong, mengkaji pengaruh ekstrak etanol dan fraksi aktif daun binahong
terhadap aktivitas amoksisilin, tetrasiklin HCl, dan siprofloksasin, menentukan
lokasi kerja ekstrak etanol dan fraksi aktif daun binahong pada sel bakteri serta
pengaruh ekstrak etanol terhadap aktivitas antibiotik berdasarkan hasil pengamatan
SEM dan TEM, serta mengkaji keamanan pemberian kombinasi ekstrak etanol
daun binahong dengan salah satu antibiotik yang memberikan efek sinergis dengan
uji toksisitas subkronis.
Simplisia daun binahong [Anredera cordifolia (Ten.) v. Steenis] yang digunakan
berasal dari daerah Manoko-Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Simplisia diekstraksi menggunakan 2 cara. Ekstraksi cara I yaitu simplisia
diekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol 96% dan diperoleh
ekstrak etanol 1 (EE1). EE1 ditambahkan dengan air panas kemudian disaring saat
masih panas. Filtrat difraksinasi menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan
pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu dengan n-heksana dan etil asetat sehingga
diperoleh 3 fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air. Ekstraksi
cara II yaitu simplisia daun binahong diekstraksi secara bertingkat dengan metode
refluks menggunakan tiga pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu n-heksana, etil
asetat, dan etanol 96% sehingga diperoleh ekstrak n-heksana, etil asetat, dan ekstrak
etanol 2 (EE2). Ekstrak yang paling baik aktivitas antibakterinya difraksinasi
dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif. Penapisan fitokimia
dilakukan terhadap EE1 dan fraksinya serta ekstrak hasil ekstraksi cara II yang
diikuti dengan pemeriksaan profil kromatografi menggunakan asam ursolat, asam
oleanolat, apigetrin, dan rutin sebagai senyawa penanda. Ekstrak dan fraksi daun
binahong diuji aktivitas antibakterinya dengan metode mikrodilusi terhadap
pertumbuhan bakteri Gram positif yaitu MSSA (ATCC 6538), MSSA 1, MRSA
(Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus) 23, B. cereus (ATCC 11778), B.
subtilis (ATCC 6633), dan bakteri Gram negatif yaitu P. aeruginosa (ATCC 9027),
E. coli (ATCC 8939), E. coli H7 (O156) dan isolat klinis Extended Spectrum Beta-
Lactamase-Producing E. coli. Aktivitas antibakteri ditentukan berdasarkan nilai
konsentrasi hambat minimum (KHM). Pengujian kombinasi etanol daun binahong
atau fraksi aktifnya dengan antibiotik (amoksisilin, tetrasiklin HCl, siprofloksasin)
dilakukan dengan menggunakan metode checkerboard. Efek kombinasi ditentukan
berdasarkan nilai indeks fraksi konsentrasi inhibisi. Lokasi kerja ekstrak etanol,
fraksi aktif dan kombinasi ekstrak etanol dengan antibiotik sebagai antibakteri
diamati dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM) dan
transmission electron microscope (TEM).
Kombinasi EE1 dan amoksisilin diuji keamanannya dengan uji toksisitas subkronis
pada tikus Wistar. Terdapat 4 kelompok uji pada pengujian ini yaitu kelompok
kontrol (CMC Na 0,3%), kelompok kombinasi EE1 865 mg/kg bb dan amoksisilin
135 mg/kg bb (dosis total 1 g/kg bb), kelompok satelit kontrol, dan kelompok satelit
kombinasi. Pemberian sediaan uji pada tikus dilakukan selama 90 hari. Pada hari
ke 91 tikus kelompok kontrol dan kombinasi diamati karakteristik urin, hematologi,
indeks organ, biokimia darah, dan histopatologi. Sedangkan kelompok satelit
iv
diteruskan selama 30 hari dengan pemberian bahan pembawa, dan pada hari ke 120,
tikus kelompok satelit diamati karakteristik urin, hematologi, indeks organ,
biokimia darah, dan histopatologi. Data dianalisis menggunakan ANOVA one way-
LSD. Adanya perbedaan bermakna jika memiliki nilai signifikansi p <0,05.
Saponin ditemukan dalam fraksi air dan ekstrak etanol daun binahong dari kedua
cara ekstraksi. Flavonoid dan alkaloid ditemukan pada sebagian besar ekstrak dan
fraksi, kecuali fraksi n-heksana dan ekstrak n-heksana. Seluruh ekstrak dan fraksi
mengandung steroid/triterpenoid. Kromatogram lapis tipis ekstrak dan fraksi daun
binahong menunjukkan terdapatnya asam ursolat dan asam oleanolat pada EEI,
fraksi n-heksana dan ekstrak n-heksana. EE1, fraksi etil asetat, fraksi air, dan
ekstrak etil asetat mengandung apigetrin dan rutin, sedangkan EE2 hanya
mengandung apigetrin.
Pada EE1, fraksi n-heksana dan etil asetat yang diperoleh dari ekstraksi cara I
memiliki aktivitas antibakteri terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Gram
positif yaitu MSSA (ATCC 6538), MRSA, B. subtilis, dan B. cereus (KHM 256-
512 ?g/mL). Namun, ekstrak n-heksana dan etil asetat hasil ekstraksi cara II
memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik, dimana kedua ekstrak tersebut
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif yaitu
MSSA (ATCC 6538), MRSA, B. subtilis, P. aeruginosa, dan E. coli (KHM 256-
512 ?g/mL). Ekstrak n-heksana hasil ekstraksi cara II memiliki aktivitas antibakteri
yang paling baik. Selanjutnya ekstrak n-heksana difraksinasi secara KLT preparatif
dengan fase diam silika gel GF254, fase gerak toluena-etil asetat-asam format
(35:15:1) dan diperoleh 16 fraksi, kemudian diuji aktivitas antibakteri terhadap 6
bakteri uji yaitu MSSA (ATCC 6538), MSSA 1, MRSA, B. subitilis, P. aeruginosa
dan E. coli. Fraksi 1 (Rf 0,12), 5 (Rf 0,48), 6 (Rf 0,51), 8 (Rf 0,57), 10 (Rf 0,66),
14 (Rf 0,86), dan 16 (Rf 0,96) memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap MSSA
(ATCC 6538) (KHM 256-512 ?g/mL). Fraksi 8, 10, 12 (Rf 0,77), 13 (Rf 0,82), dan
16 menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap MSSA 1 (KHM 512 ?g/mL). Fraksi
1, 5, 8, dan 9 (Rf 0,61) menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap B. subtilis (KHM
512 ?g/mL). Fraksi 8 menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap E. coli (KHM 512
?g/mL). Seluruh fraksi tidak memiliki potensi antibakteri terhadap bakteri P.
aeruginosa. Fraksi 8 memberikan aktivitas tertinggi dibandingkan dengan fraksi
lainnya dan dinyatakan sebagai fraksi aktif dari daun binahong. Pemeriksaan profil
kromatografi dari fraksi aktif dengan fase diam silika gel GF254, fase gerak toluena-
aseton-asam format (11:16:0,2), serta penampak bercak Liebermann-Burchard
menunjukkan fraksi ini mengandung senyawa golongan triterpenoid.
Ekstrak etanol hasil ekstraksi cara I (EE1) berpengaruh terhadap peningkatan
aktivitas antibiotik pada beberapa bakteri uji yang ditunjukkan dengan efek sinergis
dan aditif dari kombinasi ekstrak dengan antibiotik. Kombinasi EE1 dengan
amoksisilin dan siprofloksasin memberikan efek yang sinergis terhadap
penghambatan pertumbuhan bakteri MSSA (ATCC 6538) dan MSSA 1. Hanya
kombinasi ekstrak etanol dengan amoksisilin yang memberikan efek sinergis
terhadap penghambatan pertumbuhan B. subtilis. Kombinasi tidak berefek terhadap
pertumbuhan E. coli kecuali kombinasi ekstrak etanol dengan siprofloksasin.
Kombinasi EE1 dengan seluruh antibiotik memberikan efek aditif terhadap
penghambatan pertumbuhan bakteri MRSA 23. Selain itu kombinasi EE1 dengan
tetrasiklin HCL memberikan efek aditif terhadap bakteri MSSA dan B. subtilis.
v
Fraksi aktif daun binahong mampu meningkatkan aktivitas antibiotik terhadap
penghambatan beberapa bakteri uji yang ditunjukkan dengan efek sinergis atau
aditif. Efek kombinasi fraksi aktif dengan seluruh antibiotik memberikan efek yang
sinergis terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri B. subtilis. Efek sinergis
terhadap penghambatan pertumbuhan MSSA (ATCC 6538) juga ditunjukkan ketika
fraksi aktif dikombinasikan dengan tetrasiklin HCl. Kombinasi tidak berefek
terhadap pertumbuhan E. coli kecuali kombinasi fraksi aktif dengan siprofloksasin.
Kombinasi fraksi aktif dengan amoksisilin memberikan efek aditif terhadap
penghambatan pertumbuhan MSSA.
Pengamatan SEM dilakukan terhadap sel bakteri MSSA (ATCC 6538) dan B.
subtilis yang terpapar EE1 (512 ?g/mL), fraksi aktif (512 ?g/mL), atau kombinasi
EE1 dengan antibiotik memberikan efek sinergis, dan hasilnya menunjukkan kedua
sel bakteri tersebut mengalami perubahan bentuk/morfologi pada dinding sel. Efek
sinergis ditunjukkan oleh kombinasi EE1 dengan antibiotik dimana sel bakteri yang
terpapar EE1 dengan konsentrasi ¼ KHM dan antibiotik dengan konsentrasi ?¼
KHM juga mengalami perubahan bentuk/morfologi pada dinding sel. Berdasarkan
hasil pengamatan SEM diduga mekanisme kerja sampel uji terkait dengan
kemampuan menghambat biosintesis dinding sel bakteri. Hal ini didukung dengan
hasil pengamatan TEM yang menunjukkan bahwa dinding sel bakteri MSSA
(ATCC 6538) yang terpapar EE1 mengalami kebocoran sel (lisis). Lisis juga
tampak pada sel bakteri MSSA (ATCC 6538) yang terpapar EE1 dan amoksisilin.
Hasil uji toksisitas subkronis menunjukkan pemberian kombinasi EE1 865 mg/kg
bb dan amoksisilin 135 mg/kg bb pada tikus Wistar tidak menyebabkan kematian
serta perubahan perilaku dan aktivitas motorik. Terjadi peningkatan bobot badan
tikus selama pengujian, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara
peningkatan bobot badan tikus kelompok kombinasi dengan kelompok kontrol. Hal
ini menunjukkan bahwa pemberian kombinasi tidak menambah nafsu makan tikus.
Pemberian kombinasi tidak menyebabkan perubahan yang bermakna terhadap
karakteristik urin, hematologi, indeks organ, dan biokimia darah tikus, serta
mikroskopik pada organ jantung, hati, ginjal, kelenjar adrenal, limpa dan paru-paru
tikus.
Informasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah pemakaian antibiotik
jika digunakan bersamaan dengan seduhan daun binahong atau kapsulnya diduga
meningkatan efek dan tidak berbahaya berdasarkan hasil uji toksisitas.