digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perancangan konfigurasi ruangan adalah salah satu inti aktivitas kreatif dalam sebuah proses perancangan. Pada tahap ini seorang arsitek menghasilkan sebuah rancangan sebagai respons terhadap kebutuhan pengguna yang ditetapkan dalam kriteria-kriteria perancangan. Kemampuan kreatif ini harus mampu dilakukan oleh setiap arsitek, namun pada proyek dengan kompleksitas tinggi proses penciptaan konfigurasi ruangan menjadi sesuatu yang rumit sehingga arsitek memanfaatkan metode-metode komputasional untuk mempermudah aktivitas kreatif tersebut. Salah satu dari metode-metode komputasional tersebut adalah metode Shape Grammar. Metode ini memungkinkan perancang secara heuristik menyelesaikan masalah perancangan dengan memilih dan menentukan rupa serta aturan-aturan rupa apa yang akan dipakai dalam penciptaan rancangan. Berbagai kajian telah dilakukan sebelumnya terhadap teori, konsep, dan metode Shape Grammar. Salah satunya adalah pengembangan program komputer yang bertugas sebagai Shape Grammar Design Assistant baik dengan bantuan Textual Programming Language (TPL) maupun Visual Programming Language (VPL). Pada perkembangan mutakhirnya VPL menjadi sebuah pilihan yang lebih baik daripada TPL karena kemudahan dalam penyusunan sebuah program komputer yang membantu arsitek dalam aktivitas kreatifnya. Walaupun begitu, terkait dengan penyusunan sebuah program Shape Grammar Design Assistant arsitek tetap harus memberi perhatian besar pada proses penyusunan algoritma program tersebut. Hal tersebut sering menyulitkan arsitek yang pada dasarnya adalah bukan programer komputer. Sehingga hal ideal yang diharapkan adalah arsitek cukup memberi perhatian pada proses kreatif penyusunan aturan rupa dan Shape Grammar itu sendiri, dan menyerahkan penciptaan rupa dan transformasinya pada sebuah proses yang terotomatisasi melalui serangkaian perintah yang bersifat modular parametrik dan bisa dipakai berulang kali. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi kemungkinan diadakannya sebuah algoritma visual modular parametrik yang membantu arsitek menyusun Shape Grammar sebagai dasar dalam penciptaan konfigurasi ruang. Eksplorasi tersebut dilakukan lewat empat tahap menurut Metodologi Penelitian Desain tipe 3 oleh Blessing dan Chakrabarti. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun sebuah algoritma visual modular parametrik yang berfungsi sebagai sebuah Shape Grammar Design Assistant, kemudian mengekplorasi penggunaan algoritma tersebut dalam penciptaan variasi rancangan konfigurasi ruangan rumah tinggal, dan selanjutnya mengevaluasi kinerja algoritma tersebut. Masalah utama yang menjadi perhatian khusus penelitian ini adalah tipe gramatika rupa apa yang akan dibantu oleh algoritma visual modular parameter tersebut, kemudian bagaimana cara penyusunannya, bagaimana cara penggunaanya, dan dampak apa yang ditimbulkan oleh algoritma tersebut terhadap proses penciptaan konfigurasi ruang. Penelitian ini dibatasi dalam studi kasus perancangan konfigurasi ruang rumah tinggal dengan objek studi kasus berupa beberapa karya rumah tinggal oleh Adolf Loos yang mewakili ciri-ciri Raumplan Shape Grammar. Kajian eksploratif dan eksperimental dalam penelitian ini telah menghasilkan beberapa keluaran dan temuan yang menjawab masalah penelitian. Hal pertama yang dihasilkan adalah sebuah algoritma Shape Grammar Design Assistant yang disatukan dalam sebuah klaster pada VPL Editor Grasshopper. Klaster yang dinamakan ‘RUPA’ tersebut mengandung algoritma penciptaan rupa 2 dimensional maupun 3 dimensional dan algoritma transformasi rupa berupa translasi, rotasi, refleksi, dilatasi, dan tegang. Klaster tersebut memungkinkan pengguna menciptakan dan mentransformasikan rupa 2 dimensional maupun 3 dimensional dengan mengubah nilai-nilai parameter yang telah disediakan. Walaupun begitu, dalam penciptaan konfigurasi ruangan dengan kompleksitas tinggi muncul hambatan yang terkait dengan kapasitas perangkat keras komputer yang digunakan yang disebabkan oleh banyaknya jumlah klaster penciptaan dan transformasi rupa dalam sebuah program. Kajian lanjutan yang berpotensi dilakukan adalah kajian untuk mengoptimalisasi algoritma dalam klaster sehingga eksekusi algoritma bisa berjalan lebih cepat dan efisien. Hal berikutnya yang dihasilkan dalam kajian ini adalah sebuah metode penyusunan Shape Grammar yang menawarkan konsep Geometri Referensi dan Geometri Hasil pada proses penyusunan tersebut. Dalam metode ini, Geometri Referensi digunakan sebagai sebuah platform atau host geometry untuk penciptaan dan transformasi sebuah Geometri Hasil. Geometri Hasil yang diciptakan tersebut pun bisa dipakai sebagai Geometri Referensi pada proses penciptaan dan transformasi selanjutnya untuk menyusun sebuah Shape Grammar yang diperlukan. Penelitian ini telah berhasil mengimplementasikan metode tersebut pada proses penciptaan rancangan konfigurasi ruangan berbasis Shape Grammar beberapa karya residensial Adolf Loos. Walaupun begitu, metode itu pada dasarnya masih berada dalam tahap pengembangan awal yang harus diujicobakan pada beberapa model rancangan yang lain untuk melihat efektifitas dan repeatability metode tersebut. Hal lain yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Shape Grammar berbasis beberapa karya residensial Adolf Loos yang disusun menggunakan klaster ‘RUPA’. Implementasi klaster ‘RUPA’ tersebut dilakukan menurut salah satu dari dua tipe susunan klaster yang ditawarkan oleh penelitian ini, yaitu tipe Dependen. Ditemukan bahwa tipe Dependen memudahkan pengguna dalam penciptaan derivasi-derivasi rancangan. Hal itu karena pengguna cukup mengubah nilai-nilai parameter pada sebuah atau beberapa Key Shapes untuk menemukan Shape Grammar yang paling sesuai. Walaupun begitu, ditemukan juga bahwa proses penyusunan menggunakan tipe Dependen menuntut pengguna memiliki pengetahuan aritmetika dan pemahaman logika pemrograman sederhana. Selain hasil dan temuan utama yang terkait dengan tujuan dan masalah penelitian, kajian eksperimental ini berhasil menciptakan rancangan konfigurasi ruangan dan derivasi-derivasinya yang berbasis pada Shape Grammar beberapa karya residensial Adolf Loos. Proses penciptaan rancangan tersebut didahului dengan beberapa langkah analisis yang metodenya dikembangkan secara eksperimental oleh kajian ini. Shape Grammar dari karya referensi yang sudah ada tersebut dianalisis menurut konsep Geometri Referensi dan Geometri Hasil yang dikembangkan untuk proses penyusunan Shape Grammar. Dalam hal ini terjadi sebuah proses rekayasa terbalik (reverse engineering) terhadap Shape Grammar karya-karya yang sudah ada. Proses analisis tersebut telah berhasil mengidentifikasi Shape Grammar beberapa karya residensial Adolf Loos yang selanjutnya telah dipakai dalam penyusunan Shape Grammar memakai klaster ‘RUPA’. Namun, ditemukan bahwa proses analisis tersebut memakan porsi waktu yang cukup besar relatif terhadap seluruh waktu penelitian. Hal itu disebabkan oleh proses analisis yang harus dilakukan secara manual satu per satu ruangan dalam masing-masing karya residensial Loos. Pada penciptaan derivasi rancangan ditemukan bahwa proses bisa dilakukan dengan cukup mudah, karena pengguna cukup mengubah nilai-nilai parameter pada Key Shapes yang sudah ditentukan sebelumnya. Walaupun begitu, ditemukan juga bahwa perubahan nilai-nilai parameter harus berada pada batasan rentang nilai-nilai yang rasional agar bisa menghasilkan rancangan konfigurasi ruangan yang tepat dan terhindar dari penciptaan ruangan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Beberapa kajian lanjutan berpotensi dilakukan untuk mengembangkan hal-hal yang telah dihasilkan dan ditemukan dalam kajian ini, antara lain adalah kajian untuk mempermudah, bahkan mengotomatisasi proses analisis gramatika rupa rancangan yang sudah ada melalui teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Kajian lain yang berpotensi untuk dilakukan adalah yang menitikberatkan pada interpretasi lanjutan terhadap gramatika-gramatika rupa sebagai hasil analisis menggunakan klaster ‘RUPA’. Interpretasi lanjutan tersebut bisa dilakukan dengan melihat karakter-karakter khusus gramatika rupa yang tersusun oleh klaster ‘RUPA’, seperti misalnya kecenderungan posisi ruangan tertentu relatif terhadap ruangan lainnya, atau proporsi ruangan tertentu yang mungkin selalu ada dalam setiap karya.