2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-COVER.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_1.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_2.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_3A.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_3BB.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_4A.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_4B.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_5A.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_5B.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-BAB_6.pdf
PUBLIC Alice Diniarti 2014_TS_PP_BRAMASTA_PUTRA_REDYANTANU_1_-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Alice Diniarti
Perkembangan tata ruang dan arsitektur kota berjalan sangat pesat dan
dinamis. Tidak jarang perkembangan yang hadir berjalan secara parsial, tidak
menyeluruh, serta menimbulkan degradasi pada karakter dan identitas ruang kota
sendiri. Hal inilah yang terjadi pada blok segitiga Tunjungan Surabaya. Pada awal
perkembangannya, tepatnya pada jaman pemerintahan Belanda, blok kawasan
Tunjungan tertata secara harmonis dan padu di antara arsitektur pengisinya.
Kawasan muncul dengan identitas pusat komersial kota yang sangat kuat.
Sejalan dengan perkembangan perkotaan, terjadi peningkatan intensitas
kendaraan pribadi, gerakan arsitektur modern yang cenderung individualistis,
pembaharuan zonasi guna lahan secara parsial, serta privatisasi ruang publik.
Beberapa bagian pada kawasan menjadi tidak terdefinisi lagi dan kehilangan
kontribusi positifnya (lost space). Padahal hakekatnya sebagai bagian dari tatanan
kolektif urban fabric, perlu sinergitas baik pada unsur tatanan - tampilan, hubungan
- pergerakan, serta fungsi - identitas di dalamnya. Pertalian ini coba diperkuat
kembali melalui proses reinterpretasi desain pada area lost space, dengan
pertimbangan kesejarahan, budaya kehidupan, dan kehadiran terhadap sekitarnya.
Visinya adalah menjadi penguat pertalian urban fabric, sekaligus memperkuat
karakter spasial kolektif kawasan yang telah terdegradasi.