digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Konstruksi tradisional dinding anyaman bambu dianggap tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan dan selera masyarakat. Salah satu inovasi untuk memperbaiki kinerja dinding anyaman bambu adalah dengan mengadopsi konstruksi Bahareque yang memiliki berbagai kelebihan dan sekaligus kemiripan metode konstruksi dengan konstruksi dinding bambu plester di Indonesia. Inovasi konstruksi dinding yang dikembangkan memanfaatkan kearifan lokal berupa teknik anyaman bambu yang memiliki potensi sebagai bagian dari sistem struktur atau tidak hanya sebagai lapisan pengisi. Anyaman bambu berfungsi sebagai pengganti esterilla yang merupakan lapisan asli dari dinding bahareque. Lalu, untuk mengetahui pengaruh lapisan anyaman bambu terhadap kinerja struktur rangka bambu maka dilakukan pengujian berupa eksperimen simulasi dan eksperimen laboratorium terhadap model uji yang terdiri dari empat jenis anyaman yang berbeda. Empat anyaman yang diuji terdiri dari anyaman biaksial (dua sumbu), anyaman triaksial (tiga sumbu) dan anyaman multidireksional (empat sumbu). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa anyaman bambu terbukti berpengaruh terhadap kekakuan vertikal rangka bambu. Faktor-faktor yang mempengaruhi performa anyaman tersebut adalah kerapatan anyaman, lebar dan tebal bilah, serta pola anyaman yang digunakan. Dari keempat pola anyaman, diketahui bahwa pola anyaman triaksial vertikal merupakan pola anyaman yang paling efisien dan memiliki kemampuan layan yang paling baik.