digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lipase diaplikasikan pada beragam industri diantaranya, industri makanan, industri kertas, kosmetik, deterjen, biodiesel, bioteknologi dan lain sebagainya. Variasi aplikasi tersebut memunculkan kebutuhan lipase dengan karakteristik tertentu, seperti tahan terhadap alkohol, pelarut organik, kadar garam tinggi, detergen dan temperatur tinggi. Hal ini mendorong pencarian sumber-sumber lipase di berbagai mikroorganisme ekstremofil yang kondisi habitatnya ekstrim. Pada penelitian ini, lipase diisolasi dari Halomonas eurihalina BK-AB15, yaitu suatu bakteri halofilik yang mampu hidup dalam lingkungan dengan kadar garam tinggi, yang berasal dari sumber air garam kawah lumpur “Bledug Kuwu” yang berlokasi di Desa Kuwu Kecamatan Kradenan, Purwodadi Jawa Tengah. Potensi lipolitik dari H. eurihalina BK-AB15 diperlihatkan dari pendar koloni berwarna jingga, ketika bakteri ini ditumbuhkan pada medium padat yang mengandung rhodamin. Produksi lipase dilakukan dalam media cair yang mengandung pepton 0,5%, ekstrak yeast 0,5%, CaCl2 0,05%, NaCl 8%. Ekstrak kasar lipase difraksinasi menggunakan amonium sulfat 0-30%, 30-60%, dan 60-70%, dimana fraksi dengan aktivitas spesifik tertinggi diperoleh pada fraksi 60-70%. Hasil native PAGE dan zymografi menunjukan bahwa pada fraksi terbaik hanya ada satu lipase dengan berat molekul dari hasil penentuan dengan SDS-PAGE, yaitu 39 kDa. Lipase ini memiliki aktivitas optimum pada pH 9,5 dan 45 oC. Aktivitas enzim ini dipengaruhi oleh ion- ion logam, dimana penambahan ion Ca2+, Mg2+ dan Ba2+ memberikan efek pada kenaikan aktivitas, sedangkan penambahan ion Zn2+, K+, dan Ni2+memberikan efek sebaliknya. Karena pengaruh penambahan Ca2+ lebih menonjol dalam meningkatkan aktivitas enzim lipase, maka dilakukan evaluasi lebih lanjut mengenai efek ini pada parameter lain, yaitu pH dan temperatur optimum, variasi konsentrasi NaCl, inhibitor, pelarut organik, variasi kadar SDS, serta stabilitas termal. Penambahan Ca2+ tidak mempengaruhi pH dan temperatur optimum dari lipase. Khelator ion logam, seperti EDTA tidak secara signifikan mengurangi aktivitas, sehingga enzim ini tidak termasuk dalam kelompok metalloenzim. Sebaliknya, dengan adanya Ca2+, penambahan EDTA mengalami penurunan aktivitas lipase secara signifikan. Selain itu, enzim ini juga kemungkinan tidak termasuk ke dalam kelompok serin hidrolase, karena PMSF tidak signifikan menginhibisi aktivitasnya saat tidak adanya penambahan Ca2+ dan aktivitas meningkat dengan adanya penambahan Ca2+. Efek surfaktan SDS (Sodium dodesil sulfat) juga tidak signifikan menurunkan aktivitas saat tanpa Ca2+ dan aktivitas meningkat saat adanya Ca2+. Hasil variasi konsentrasi SDS pada lipase yang tanpa Ca2+ atau dengan penambahan Ca2+ menunjukkan kestabilan lipase pada berbagai konsentrasi, sehingga enzim ini memiliki potensi untuk diaplikasikan sebagai komponen bioaktif pada detergen. Kestabilan lipase dengan atau tanpa adanya Ca2+ juga dilakukan pada variasi konsentrasi NaCl, dan menunjukkan peningkatan aktivitas pada lipase tanpa Ca2+ saat konsentrasi NaCl 4% sedangkan aktivitas meningkat secara signifikan pada lipase dengan adanya Ca2+ saat konsentrasi NaCl 6% sehingga lipase yang dihasilkan dapat dikategorikan sebagai lipase yang bersifat halofil (stabil pada salinitas tinggi). Dalam hal kestabilan pada pelarut organik, lipase yang diperoleh menunjukan kestabilan yang baik pada pelarut polar, seperti propanol, butanol, isopropanol, asetonitril dan aseton, tetapi tidak stabil pada pelarut nonpolar, seperti n-heksana dan kloroform. Hal yang berbeda terjadi saat dilakukan penambahan Ca2+, lipase yang diperoleh menunjukkan kestabilan yang baik pada pelarut polar, seperti etanol,butanol, aseton dan asetonitril. Selain itu, lipase juga menunjukkan kestabilan yang sangat baik pada pelarut nonpolar, yaitu n-heksana dan kloroform. Oleh karena itu, enzim ini kemungkinan dapat dikembangkan sebagai biokatalis dalam produksi biodiesel. Stabilitas termal menunjukkan bahwa lipase dengan adanya penambahan Ca2+ lebih stabil dibandingkan dengan lipase tanpa Ca2+. Nilai Tm pada lipase yang tanpa Ca2+ sebesar 64 oC, sedangkan pada lipase dengan penambahan Ca2+ memiliki nilai Tm sebesar 66 oC. Secara keseluruhan, penambahan ion Ca2+ tidak hanya meningkatkan stabilitas dan aktivitas lipase tetapi juga meningkatkan kemampuan beradaptasi enzim dalam kondisi yang lebih luas.