2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-COVER.pdf
PUBLIC hidayat 2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-BAB_1.pdf
PUBLIC hidayat 2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-BAB_2.pdf
PUBLIC hidayat 2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-BAB_3.pdf
PUBLIC hidayat 2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-BAB_4.pdf
PUBLIC hidayat 2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-BAB_5.pdf
PUBLIC hidayat 2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-BAB_6.pdf
PUBLIC hidayat 2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-BAB_7.pdf
PUBLIC hidayat 2014_TS_PP_FITRI_MEISYARA_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC hidayat
Rumah tradisional diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi
sehingga menjadi bagian dari tradisi berhuni suatu kelompok suku bangsa
tertentu. Saat ini bangunan-bangunan tradisional seperti ini mulai menghilang.
Beberapa bangunan tradisional masih berdiri namun dengan perubahan pada
beberapa bagiannya. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat
tradisional menjadi modern. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan dan aktivitas
manusia semakin bertambah dan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan
ruang yang kemudian merubah bentukan tatanan fisik dari tipologi bangunan yang
ada.
Batak Toba merupakan salah satu suku bangsa yang paling menonjol di Sumatra
Utara, dengan wilayah persebaran etnis yang relatif luas yang memiliki keunikan
berupa bentukan arsitektur berupa hunian yang tersusun mengikuti suatu pola
khas yang sarat dengan tata nilai dan adat istiadat yang berlaku. Bagi masyarakat
Batak Toba perkampungan dan rumah tradisional tidak hanya merupakan tempat
fungsional untuk bernaung tetapi sebagai sebuah objek bermakna filosofis
mencerminkan tatanan kehidupan masyarakatnya. Saat ini keberadaan rumah
tradisional Batak Toba mulai berkurang. Hal ini dikarenakan rumah tradisional
mulai ditinggalkan oleh penghuninya. Kalaupun masih tetap dihuni, sudah terjadi
perubahan pada beberapa bagian bangunan untuk menyesuaikan diri dengan
kebutuhan penghuninya.
Studi bertujuan untuk menjabarkan karakteristik hunian tradisional Batak Toba di
Kabupaten Toba Samosir serta proses perubahan yang terjadi dalam kaitannya
dengan perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi, sistem sosial, budaya
dan politik masyarakat. Tujuan ini akan dicapai dengan cara memetakan
perubahan yang terjadi pada hunian masyarakat Batak Toba meliputi karakteristik
fisik bangunan, organisasi ruang, dan pola bermukim serta faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perubahan pada hunian di ketiga perkampungan
tradisional Batak Toba yang diamati.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi objek penelitian
serta wawancara dengan para penghuni. Selain itu dilakukan studi kepustakaan
untuk mengetahui tentang budaya dan tata nilai Batak Toba serta konsep rumah
dan perkampungan tradisional Batak Toba. Penelitian dilakukan dengan
pendekatan analisis deskriptif, yaitu menguraikan fenomena perubahan yang
terjadi pada unit hunian di perkampungan tradisional Batak Toba.
Terdapat dua kecenderungan bentuk perubahan yang terjadi yaitu penambahan
(addition) dan pengurangan melalui penghancuran (substraction demolition).
Perubahan yang terjadi pada hunian di permukiman tradisional Batak Toba terjadi
karena perubahan pada budaya masyarakat yang disebabkan oleh masuknya
pengaruh dari luar lingkungan permukiman tradisional Batak Toba. Pendidikan
dan gaya hidup barat mempengaruhi adat istiadat masyarakat Batak Toba yang
awalnya diperkenalkan oleh misionaris dan Belanda saat masa penjajahan
Indonesia. Perubahan pada sistem kepemimpinan mempengaruhi lingkungan di
dalam huta, sehingga huta menjadi lebih terbuka. Perkembangan teknologi seperti
pembangunan infrastruktur jalan menyebabkan semakin mudahnya pencapaian
dari dan ke perkampungan tradisional sehingga memungkinkan untuk penerapan
teknologi dan material baru pada bangunan.
Terdapat kecenderungan bahwa bangunan tradisional tidak lagi dimanfaatkan
sebagai fungsi hunian, karena mayoritas kegiatan di dalam bangunan lebih banyak
berlangsung pada bangunan tambahan. Hal ini menyebabkan kebanyakan bangunan tradisional yang terdapat di perkampungan yang diamati dalam kondisi
tidak terawat dan mulai rusak. Hal ini memperlihatkan bahwa rumah tradisional
tidak lagi menjadi fungsional melainkan hanya sebagai elemen simbolis suatu
perkampungan tradisional.
Perubahan yang terjadi pada hunian tradisional dipengaruhi oleh kemampuan
ekonomi penghuni, sistem kemasyarakatan yang berlaku pada suatu kampung,
perkembangan sektor pariwisata, keahlian membangun/ teknologi bangunan,
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah