2017_DS_PP_PRATIWI_WIKANINGTYAS_1-COVER.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_PRATIWI_WIKANINGTYAS_1-BAB_1.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_PRATIWI_WIKANINGTYAS_1-BAB_2.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_PRATIWI_WIKANINGTYAS_1-BAB_3.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_PRATIWI_WIKANINGTYAS_1-BAB_4.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_PRATIWI_WIKANINGTYAS_1-BAB_5.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_PRATIWI_WIKANINGTYAS_1-BAB_6.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_PRATIWI_WIKANINGTYAS_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC yana mulyana
Resistensi bakteri terhadap antibiotik mencapai titik kritis di seluruh dunia dan
diprediksikan angka kematian akibat resistensi bakteri akan meningkat pada tahuntahun mendatang. Escherichia coli dilaporkan sebagai bakteri penginfeksi tertinggi
dengan tingkat resistensi tertinggi terhadap sejumlah antibiotik sehingga
berdampak pada peningkatan morbiditas, mortalitas serta biaya pengobatan.
Seftriakson merupakan antibiotik yang paling banyak diresepkan pada pasien yang
terinfeksi E. coli baik sebagai terapi empirik maupun definitif.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka mendukung program yang dicanangkan oleh
World Health Organization terkait pengendalian resistensi terhadap antibiotik
yaitu dengan melakukan pemetaan pola resistensi bakteri secara berkala serta
melakukan pemeriksaan pada tingkat gen untuk mengidentifikasi penyebab
resistensi bakteri. Gen blaSHV, blaCTX-M, blaTEM, dan blaCMY merupakan gen yang
paling banyak ditemukan pada pasien yang terinfeksi E. coli dari beberapa negara
sehingga deteksi awal keempat gen tersebut merupakan langkah penting dalam
mengendalikan infeksi, mencegah penyebaran dan pemilihan terapi antibiotik yang
tepat.
Rangkaian tahap penelitian ini diawali dengan melakukan studi pendahuluan yang
dilakukan pada lima rumah sakit untuk memetakan jenis bakteri resisten tertinggi
yang menginfeksi pasien dan pola penggunaan antibiotik oleh pasien tersebut
selama tahun 2012. Selanjutnya terpilih tiga rumah sakit berdasarkan pola bakteri
dan pola penggunaan antibiotik yang mirip. Tiga rumah sakit tersebut menjadi
fokus pada tahap kedua penelitian ini. Pada tahap kedua dilakukan pengumpulan
data pola resistensi bakteri terhadap jenis antibiotik paling banyak dikonsumsi
yang diperoleh dari tahap satu yaitu seftriakson, pengumpulan data demografi
pasien dan data penggunaan antibiotik pada pasien yang terinfeksi bakteri resisten
terhadap seftriakson secara retrospektif (2012) dan konkuren (2013) pada tiga
rumah sakit. Tahap ketiga adalah mendeteksi keberadaan dan persebaran gen beta
laktamase yang menjadi mekanisme utama resistensi terhadap antibiotik beta
laktam. Gen yang ingin dideteksi yaitu blaSHV, blaCTX-M, blaTEM, dan blaCMY. Isolat
yang digunakan berasal dari berbagai spesimen biologis pasien yaitu urin, feses,
darah, sputum dan cairan tubuh lainnya. Jumlah isolat ditentukan berdasarkan
rumus Slovin. Deteksi gen diawali dengan penyiapan isolat dalam media selektif
yang mengandung seftriakson. Selanjutnya dilakukan skrining awal beta laktamase
menggunakan stik nitrosefin. Isolat dengan nitrosefin positif diamplifikasi
ii
menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Sebelum memulai PCR,
dilakukan beberapa tahap persiapan yaitu mendesain primer serta melakukan
optimasi suhu penempelan primer. PCR dilakukan menggunakan suhu penempelan
optimum untuk masing-masing primer. Untuk memastikan produk PCR, dilakukan
konfirmasi menggunakan dua isolat untuk tiap gen dengan menentukan urutan
nukleotidanya dengan alat penentuan urutan nukleotida otomatis. Setelah
terkonfirmasi, dilanjutkan PCR untuk semua isolat yang diperoleh.
Berdasarkan studi pendahuluan, E. coli merupakan bakteri penginfeksi yang
dominan ditemukan dari tiga rumah sakit terpilih dengan prevalensi resisten
tertinggi terhadap seftriakson sebesar 24-39% pada tahun 2012 dan sebesar 27-
38% pada tahun 2013. Spesimen pasien yang terinfeksi E. coli bervariasi dari tiga
rumah sakit yaitu masing-masing terbanyak pada spesimen urin, sputum dan feses.
Antibiotik yang paling banyak digunakan oleh pasien yang terinfeksi E. coli
resisten seftriakson adalah golongan sefalosporin yaitu sebesar 40-42% tahun 2012
dan 2013 yang diperoleh dari dua rumah sakit. Seftriakson merupakan jenis
sefalosporin yang paling banyak diresepkan dan digunakan yaitu sebesar 25-27%
tahun 2012 dan 17-44% tahun 2013. Profil demografi pasien yang terinfeksi E.
coli dari dua rumah sakit menunjukkan bahwa E. coli dapat menginfeksi pasien
perempuan dan laki-laki dewasa dengan lama rawat terbanyak yaitu selama 4-9
hari, sedangkan luaran klinis terbanyak adalah dengan status perbaikan (69-90%).
Tidak diperoleh data penggunaan serta profil demografi pasien pada salah satu
rumah sakit karena keterbatasan untuk mengakses rekam medis.
Berdasarkan rumus Slovin diperoleh 246 isolat sebagai jumlah sampel minimal
yang digunakan pada tahap ketiga penelitian. Sebanyak 214 dari 246 isolat pasien
yang terinfeksi E. coli resisten seftriakson dinyatakan positif memproduksi beta
laktamase yang selanjutnya dilakukan amplifikasi menggunakan PCR untuk
mendeteksi gen blaSHV, blaCTX-M, blaTEM, dan blaCMY. Hasil konfirmasi produk
PCR terhadap dua isolat untuk tiap gen menunjukkan kesamaan >94% terhadap
masing-masing gen beta laktamase (bla) tersebut. Sebanyak 95 dari 214 isolat
yang diamplifikasi terdeteksi gen beta laktamase baik secara tunggal maupun
simultan dalam satu isolat. Dari 95 isolat yang terdeteksi, 91 isolat diantaranya
ditemukan dari satu rumah sakit yaitu rumah sakit A sehingga rumah sakit A
berkontribusi utama dalam penelitian deteksi gen bla ini. Adapun rincian gen bla
yang terdeteksi yaitu blaSHV sebanyak 2 isolat (2,1%); blaCTX-M sebanyak 66 isolat
(69,5%); blaTEM sebanyak 1 isolat (1,1%); blaCMY sebanyak 6 isolat (6,3%);
blaSHV dan blaCTX-M ditemukan pada 3 isolat (3,2%); blaCTX-M dan blaTEM
ditemukan pada 7 isolat (7,4%); blaCTX-M dan blaCMY ditemukan pada 6 isolat
(6,3%); blaTEM dan blaCMY ditemukan pada 1 isolat (1,1%); blaSHV, blaCTX-M, dan
blaTEM ditemukan pada 1 isolat, dan blaCTX-M; blaTEM dan blaCMY ditemukan pada
2 isolat (2,1%). Hal ini mengindikasikan bahwa pada penelitian ini ditemukan 95
dari 214 E. coli yang resisten terhadap seftriakson mengandung gen penyandi beta
laktamase dengan jenis terbanyak adalah gen blaCTX-M secara keseluruhan
sebanyak 85 isolat dengan rincian secara tunggal sebanyak 66 isolat (69,5%) dan
secara secara simultan dengan bla yang lain sebanyak 19 isolat (16,8%).