digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cinnamomum burmanni atau kayu manis telah dibuktikan memiliki aktifitas farmakologi sebagai antioksidan, antimikroba, antinflamasi, antidiabetes dan antikanker. Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di dunia setelah kanker paru dan payudara. Salah satu tantangan pengobatan antikanker saat ini adalah ketidakselektifan senyawa antikanker terhadap sel normal yang memicu banyak efek samping antikanker, sehingga nilai indeks sitotoksisitas yang membandingkan nilai IC50 kultur sel normal dengan nilai IC50 kultur sel kanker mutlak diperlukan. Antikanker yang tersedia sampai saat ini adalah berupa sediaan injeksi, yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien, sehingga pengembangan formula antikanker alami dalam sediaan oral memberikan peluang yang menjanjikan. Tujuan dari penelitian ini pertama, mengetahui indeks sitotoksisitas ekstrak berbagai simplisia tanaman kayu manis dengan membandingkan IC50 terhadap kultur sel Vero dengan sel WiDr. Kedua, menganalisis kandungan senyawa aktif bahan uji yang memiliki indeks sitotoksisitas terbaik. Ketiga, mengetahui aktifitas antikanker kolorektal in vivo bahan uji terpilih, pada mencit Mus musculus galur Balb/C yang diinduksi azoxymethane. Keempat, mengetahui data toksisitas akut bahan terpilih pada mencit Mus musculus galur Balb/C. Kelima, membuat formula farmasi bahan uji terpilih sebagai antikanker alami secara peroral. Ekstrak berbagai simplisia tanaman kayu manis diperoleh melalui proses maserasi. Minyak kayu manis diperoleh melalui proses destilasi uap air. Ekstrak kayu manis dan minyak atsiri kayu manis selanjutnya difraksinasi untuk memisahkan komponen senyawa aktif berdasar kepolarannya. Penelusuran indeks sitotoksisitas ekstrak berbagai simplisia kayu manis dengan membandingkan IC50 terhadap kultur sel Vero dengan sel WiDr. Nilai IC50 menunjukkan aktifitas sitotoksik secara in vitro yang diperoleh melalui metode MTT assay terhadap kultur sel kanker kolon sel WiDr dan sel Vero. Minyak kayu manis (MKM) kulit batang menunjukkan indeks sitotoksisitas terpilih, dan selanjutnya dilakukan uji aktivitas antikanker in vivo pada MKM. iv Aktifitas antikanker kolorektal in vivo dilakukan terhadap mencit Mus musculus galur Balb/C yang diinduksi azoxymethane. Mencit Mus musculus dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan kanker dan satu kelompok kontrol sehat. Kelompok perlakuan kanker adalah kelompok yang diinduksi azoxymethane dosis 10 mg/Kg i.p, 4 kali setiap minggu. Kelompok perlakuan adalah kelompok kanker yang mendapat sediaan uji, kelompok 1 MKM 30 mg/Kg, kelompok 2 MKM 60 mg/Kg dan kelompok 3, 5-Fluorouracyl (5FU) 10 mg/Kg. Sediaan uji diberikan selama 4 minggu, hewan uji mencit dibedah pada akhir pengujian. Organ kolon ditimbang untuk selanjutnya dianalisa indeks organ kolon. Jaringan kolon dipreparasi untuk dibuat sediaan histologi dan dilakukan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) dan Alcian blue/HE. Uji toksisitas akut menggunakan hewan uji mencit Mus musculus galur Balb/C yang mendapat minyak kayu manis dalam dosis 5000, 4500, 4000, 3500, 3000 dan 2000 mg/Kg dan kelompok kontrol sehat. Pengamatan tingkah laku setiap 30 menit dari jam ke-0; 0,5; 1; 2; 4 dan 24. Pengamatan berat badan dan kematian dilakukan setiap hari sampai hari ke-14. Hewan dibedah pada akhir percobaan dan dilakukan analisa indeks organ. Formula emulsi meliputi minyak kayu manis sebesar 2 g, sirupus simpleks sebesar 8 g, kuning telur ayam sebesar 12 g, methyl paraben 0,02 g dan aquadest sampai 100 ml. Metode pembuatan emulsi adalah dimulai dengan pembentukan corpus emuls dari minyak kayu manis, dan aquadest dengan emulgator kuning telur ayam. Corpus emuls yang terbentuk ditambahkan sedikit demi sedikit sirupus simpleks, metlyl paraben dan aquadest sedikit demi sedikit sambil diaduk homogen sampai volume 100 ml. Sediaan emulsi dimasukkan dalam botol kaca gelap dan ditutup rapat. Kesimpulan dari penelitian ini pertama, bagian tanaman kayu manis C. burmanii yang mempunyai indeks sitotoksisitas terpilih adalah minyak kulit batang kayu manis dengan nilai indeks sitotoksisitas sebesar 1,28. Kedua, senyawa aktif yang terkandung dalam minyak kayu manis yang diduga memiliki indeks sitotoksisitas terpilih adalah sinnamaldehide dengan kadar berkisar 70,05%. Ketiga, minyak kayu manis pada dosis 60 mg/Kg, memiliki aktifitas antikanker kolorektal in vivo pada mencit Mus musculus galur Balb/C yang diinduksi dengan azoxymethane. Aktifitas antikanker selain ditandai dengan kemampuan menghambat perkembangan kanker yang terlihat dengan penurunan jumlah nodul dan peningkatan ekskresi mucin. walaupun kondisi hewan masih belum sama seperti kontrol sehat. Keempat, data keamanan minyak kayu manis C.burmanii sebagai antikanker kolorektal diperoleh berdasar uji toksisitas akut pada mencit Mus musculus galur Balb/C, dengan DL50 minyak kayu manis = 3.704,083 mg/Kg. Kelima, minyak kayu manis dapat dibuat sediaan emulsi dengan emulgator alami kuning telur, sehingga dapat digunakan sebagai antikanker oral.