2017_DS_PP_WIWIN_HERDWIANI_1-COVER.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_WIWIN_HERDWIANI_1-BAB_1.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_WIWIN_HERDWIANI_1-BAB_2.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_WIWIN_HERDWIANI_1-BAB_3.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_WIWIN_HERDWIANI_1-BAB_4.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_WIWIN_HERDWIANI_1-BAB_5.pdf
PUBLIC yana mulyana 2017_DS_PP_WIWIN_HERDWIANI_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC yana mulyana
Cinnamomum burmanni atau kayu manis telah dibuktikan memiliki aktifitas
farmakologi sebagai antioksidan, antimikroba, antinflamasi, antidiabetes dan
antikanker. Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di
dunia setelah kanker paru dan payudara. Salah satu tantangan pengobatan
antikanker saat ini adalah ketidakselektifan senyawa antikanker terhadap sel
normal yang memicu banyak efek samping antikanker, sehingga nilai indeks
sitotoksisitas yang membandingkan nilai IC50 kultur sel normal dengan nilai IC50
kultur sel kanker mutlak diperlukan. Antikanker yang tersedia sampai saat ini
adalah berupa sediaan injeksi, yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien,
sehingga pengembangan formula antikanker alami dalam sediaan oral
memberikan peluang yang menjanjikan.
Tujuan dari penelitian ini pertama, mengetahui indeks sitotoksisitas ekstrak
berbagai simplisia tanaman kayu manis dengan membandingkan IC50 terhadap
kultur sel Vero dengan sel WiDr. Kedua, menganalisis kandungan senyawa aktif
bahan uji yang memiliki indeks sitotoksisitas terbaik. Ketiga, mengetahui aktifitas
antikanker kolorektal in vivo bahan uji terpilih, pada mencit Mus musculus galur
Balb/C yang diinduksi azoxymethane. Keempat, mengetahui data toksisitas akut
bahan terpilih pada mencit Mus musculus galur Balb/C. Kelima, membuat formula
farmasi bahan uji terpilih sebagai antikanker alami secara peroral.
Ekstrak berbagai simplisia tanaman kayu manis diperoleh melalui proses
maserasi. Minyak kayu manis diperoleh melalui proses destilasi uap air. Ekstrak
kayu manis dan minyak atsiri kayu manis selanjutnya difraksinasi untuk
memisahkan komponen senyawa aktif berdasar kepolarannya. Penelusuran indeks
sitotoksisitas ekstrak berbagai simplisia kayu manis dengan membandingkan IC50
terhadap kultur sel Vero dengan sel WiDr. Nilai IC50 menunjukkan aktifitas
sitotoksik secara in vitro yang diperoleh melalui metode MTT assay terhadap
kultur sel kanker kolon sel WiDr dan sel Vero. Minyak kayu manis (MKM) kulit
batang menunjukkan indeks sitotoksisitas terpilih, dan selanjutnya dilakukan uji
aktivitas antikanker in vivo pada MKM.
iv
Aktifitas antikanker kolorektal in vivo dilakukan terhadap mencit Mus musculus
galur Balb/C yang diinduksi azoxymethane. Mencit Mus musculus dibagi ke
dalam 4 kelompok perlakuan kanker dan satu kelompok kontrol sehat. Kelompok
perlakuan kanker adalah kelompok yang diinduksi azoxymethane dosis 10 mg/Kg
i.p, 4 kali setiap minggu. Kelompok perlakuan adalah kelompok kanker yang
mendapat sediaan uji, kelompok 1 MKM 30 mg/Kg, kelompok 2 MKM 60
mg/Kg dan kelompok 3, 5-Fluorouracyl (5FU) 10 mg/Kg. Sediaan uji diberikan
selama 4 minggu, hewan uji mencit dibedah pada akhir pengujian. Organ kolon
ditimbang untuk selanjutnya dianalisa indeks organ kolon. Jaringan kolon
dipreparasi untuk dibuat sediaan histologi dan dilakukan pewarnaan
Hematoksilin Eosin (HE) dan Alcian blue/HE.
Uji toksisitas akut menggunakan hewan uji mencit Mus musculus galur Balb/C
yang mendapat minyak kayu manis dalam dosis 5000, 4500, 4000, 3500, 3000
dan 2000 mg/Kg dan kelompok kontrol sehat. Pengamatan tingkah laku setiap 30
menit dari jam ke-0; 0,5; 1; 2; 4 dan 24. Pengamatan berat badan dan kematian
dilakukan setiap hari sampai hari ke-14. Hewan dibedah pada akhir percobaan dan
dilakukan analisa indeks organ.
Formula emulsi meliputi minyak kayu manis sebesar 2 g, sirupus simpleks sebesar
8 g, kuning telur ayam sebesar 12 g, methyl paraben 0,02 g dan aquadest sampai
100 ml. Metode pembuatan emulsi adalah dimulai dengan pembentukan corpus
emuls dari minyak kayu manis, dan aquadest dengan emulgator kuning telur
ayam. Corpus emuls yang terbentuk ditambahkan sedikit demi sedikit sirupus
simpleks, metlyl paraben dan aquadest sedikit demi sedikit sambil diaduk
homogen sampai volume 100 ml. Sediaan emulsi dimasukkan dalam botol kaca
gelap dan ditutup rapat.
Kesimpulan dari penelitian ini pertama, bagian tanaman kayu manis C. burmanii
yang mempunyai indeks sitotoksisitas terpilih adalah minyak kulit batang kayu
manis dengan nilai indeks sitotoksisitas sebesar 1,28. Kedua, senyawa aktif yang
terkandung dalam minyak kayu manis yang diduga memiliki indeks sitotoksisitas
terpilih adalah sinnamaldehide dengan kadar berkisar 70,05%. Ketiga, minyak
kayu manis pada dosis 60 mg/Kg, memiliki aktifitas antikanker kolorektal in vivo
pada mencit Mus musculus galur Balb/C yang diinduksi dengan azoxymethane.
Aktifitas antikanker selain ditandai dengan kemampuan menghambat
perkembangan kanker yang terlihat dengan penurunan jumlah nodul dan
peningkatan ekskresi mucin. walaupun kondisi hewan masih belum sama seperti
kontrol sehat. Keempat, data keamanan minyak kayu manis C.burmanii sebagai
antikanker kolorektal diperoleh berdasar uji toksisitas akut pada mencit Mus
musculus galur Balb/C, dengan DL50 minyak kayu manis = 3.704,083 mg/Kg.
Kelima, minyak kayu manis dapat dibuat sediaan emulsi dengan emulgator alami
kuning telur, sehingga dapat digunakan sebagai antikanker oral.