2015_TS_PP_VRITTA_AMROINI_WAHYUDI_1PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Jungrahab (Baeckea frutescens) merupakan salah satu tumbuhan dari famili Myrtaceae yang telah digunakan sebagai obat tradisional di China Selatan, Hongkong, dan Indonesia sebagai obat malaria, demam, mencegah arteriosklerosis, obat nyeri perut, masuk angin, penyakit cacingan, memperlancar buang air kecil, memperlancar haid, penawar racun ular, rematik, dan mengatasi rasa lelah. Sejumlah senyawa dari golongan terpenoid, floroglusinol, kromon, kromanon, flavonoid, dan biflavonoid telah diisolasi dari jungrahab dengan beberapa aktivitas sebagai antiinflamasi, penghambat oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein), dan penghambat pertumbuhan sel leukemia
L-1210. Namun sampai saat ini, aktivitas sitotoksik metabolit sekunder jungrahab terhadap sel murin leukemia P-388 belum diteliti. Pada penelitian ini dilakukan isolasi, penentuan struktur, pengujian aktivitas sitotoksik ekstrak metanol dan isolat terhadap sel murin leukemia P-388. Sampel penelitian dikumpulkan dari daerah endemik jungrahab di Indonesia yaitu Pulau Bangka. Metode isolasi dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi antara lain kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi radial (KR), dan kromatografi kolom gravitasi (KKG). Karakterisasi senyawa dilakukan berdasarkan data IR, UV-Vis, dan NMR (1H, 13C, HSQC, HMBC, COSY). Sampel berupa serbuk daun jungrahab sebanyak 1,9 kg dimaserasi dengan metanol selama 3x24 jam menghasilkan 353 g ekstrak metanol. Ekstrak metanol yang diperoleh dipisahkan dengan tiga kali KCV, masing-masing sebanyak 20 g, menghasilkan dua belas fraksi utama (A-L). Pemisahan fraksi utama C, E, H, dan I menggunakan KCV, KKG, dan KR menghasilkan lima isolat. Pemisahan yang dilakukan pada fraksi C (0,6 g) dengan teknik rekristalisasi menghasilkan baekeol (245 mg) sedangkan pemisahan pada fraksi H (3,9 g) dan fraksi I (1,9 g) menggunakan KCV, KKG, dan KR menghasilkan 6,8-dimetil kaempferol-3-O-ramnopiranosida (12,9 mg) dan 6-metil kaempferol-3-O-ramnopiranosida (5,4 mg). Pemisahan fraksi E (1,7 g) menghasilkan BF-EE1 (4,7 mg) dan BF-EE2 (6,5 mg) yang diduga sebagai campuran isomer. Senyawa 6-metil kaempferol-3-O-ramnopiranosida disarankan sebagai senyawa baru, sedangkan baekeol dan 6,8-dimetil kaempferol-3-O-ramnopiranosida telah ditemukan sebelumnya pada spesies yang sama. Baekeol merupakan senyawa dari golongan floroglusinol yang secara biogenesis berasal dari jalur asetat-malonat, sedangkan 6,8-dimetil kaempferol-3-O-ramnopiranosida dan 6-metil kaempferol-3-O-ramnopiranosida merupakan senyawa dari golongan flavonoid yang berasal dari gabungan jalur asetat-malonat dan sikimat. Uji aktivitas sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun jungrahab aktif dengan IC50 19,6 ?g/mL. Sementara itu, baekeol, 6,8-dimetil kaempferol 3-O-ramnopiranosida, dan 6-metil kaempferol 3-O-ramnopiranosida tidak aktif dengan IC50 berurutan adalah 10,9 ?g/mL, 44,1 ?g/mL, dan 41,4 ?g/mL.
Perpustakaan Digital ITB