2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-COVER.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-BAB_1.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-BAB_2.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-BAB_3.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-BAB_4.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-BAB_5.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-BAB_6.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-BAB_7.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_EVA_OKTA_MAULANY_1-PUSTAKA.pdf
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  suwadji
» Gedung UPT Perpustakaan
Permukiman kota di bantaran sungai kerap muncul bukan berdasarkan hasil perencanaan kota namun merupakan ruang marjinal yang dimanfaatkan oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) karena keterbatasan lahan atau keterjangkauan hunian. Sehingga banyak permukiman di bantaran sungai yang terlihat kumuh dan menambah kotor air sungai akibat limbah rumah tangga. Permukiman ini juga sering terancam bencana banjir setiap tahunnya sehingga menggerakan pemerintah untuk melakukan normalisasi sungai dan memindahkan masyarakat ke hunian yang lebih layak. Pengadaan rumah susun subsidi merupakan salah satu solusi dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan MBR agar tidak menempati ruang-ruang majinal kota untuk hunian. Namun pada kenyataannya rumah susun ini sering kali tidak tepat sasaran dan menimbulkan permasalahan baru. Seperti Ketidaknyamanan masyarakat dalam menghuni hunian bersusun, membentuk masyarakat individualis, dan menghancurkan kebudayaan lokal.
Pemerintah Kota Tangerang salah satunya yang sedang mencari solusi untuk mengatasi masalah permukiman di bantaran sungai Cisadane, pada kasus ini lokasinya berada di kampung Cina Benteng Neglasari Kota Tangerang. Kampung Neglasari sebagian besar dihuni oleh masyarakat peranakan Tionghoa yang biasa disebut dengan “Cina Benteng”. Sejak lama mereka telah bermukim dan menjadi bagian sejarah terbentuknya kota Tangerang. Keberadaan mereka yang mudah berbaur dengan masyarakat pribumi membentuk kebudayaan baru yang diadaptasi dari percampuran budaya Tionghoa dan Betawi. Proyek kajian saya pada lokasi ini adalah kampung vertikal yang berkonsep dari budaya cina benteng. Kampung vertikal merupakan transisi hunian tapak menuju hunian susun masa depan, dimana dalam satu rumah berlantai 3 terdapat 8 unit hunian dan dengan mengadopsi rumah kebaya tradisional Cina Benteng. Bukan hanya memberikan solusi arsitektural sebagai kebutuhan hunian yang layak dan terjangkau namun dapat memudahkan masyarakat untuk beradaptasi pada hunian susun modern yang dapat mengembangkan kebudayan Cina Benteng dan meningkatkan pola hidup masyarakat. Desain proyek ini berdasarkan pada konsep community development, dimana pembangunan, perawatan bangunan, dan kegiatan sosial komplek hunian memicu keterlibatan masyarakat.
Perpustakaan Digital ITB