digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 7 YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA YOHANA FRISCILA EZRA SITORUS (NIM : 15214069)
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Terminal penumpang domestik Bandar Udara Silangit terletak di Jalan Silangit, Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Pengembangan bandara diprakarsai oleh Kementerian Perhubungan Indonesia dan PT. Angkasa Pura II untuk bisa menampung peningkatan jumlah penumpang pesawat dari dan ke Bandar Udara Silangit. Perancangan bangunan diperkirakan mampu menampung 1.061.914 penumpang / tahun dengan luas terminal 10.000 m2. Sebagai suatu bangunan infrastruktur, terminal bandara harus memiliki citra yang khas dan sistem keamanan yang mendukung. Bandar Udara Silangit diharapkan menjadi gerbang utama menuju Tapanuli Utara sekaligus landmark yang memperkenalkan kebudayaan Batak Toba bagi pengguna bandara, khususnya wisatawan . Selain itu, bangunan terminal juga harus memiliki bentang lebar untuk bisa menampung kegiatan pengguna dan meningkatkan sektor keamanan dalam bangunan. Terminal penumpang didesain dengan konsep ‘Toba Marpanghirimon” menggunakan pendekatan bentuk, fungsi, dan struktur. Konsep ini menggabungkan arsitektur vernakuler Batak Toba dan arsitektur kontemporer. Konsep diterjemahkan dalam perencanaan ruang, tampak dan bentuk bangunan, struktur, dan penggunaan ornamen dalam bangunan. Perancangan bentuk bangunan menggunakan analogi rumah Batak Toba yang menggunakan struktur baja berbentang lebar. Terdapat tiga buah massa utama yang terdiri dari tujuh buah rumah Batak Toba yang dihubungkan satu sama lain. Massa bangunan ditopang oleh struktur bentang lebar yang menggunakan analogi pohon.