Semakin sulitnya penemuan lapangan baru berdasarkan play hidrokarbon konvensional, diperlukan suatu konsep baru berupa penelitian mengenai hidrokarbon non konvensional. Sampai saat ini di Indonesia belum ada play hidrokarbon non konvensional yang terbukti produktif, namun beberapa cekungan di Indonesia merupakan cekungan konvensional yang produktif, salah satunya adalah Cekungan Sumatra Tengah. Selain kekayaan dan kematangan material organik, karakterisasi properti geomekanik pada serpih menjadi hal yang penting dalam produksi serpih hidrokarbon.
Lokasi penelitian berada pada Sub Cekungan Kiliranjao yang merupakan salah satu rendahan (half graben) akibat pelisuan (rifting) pada Zaman Kapur Awal di Sumatra. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data singkapan dan data uji laboratorium yang diperoleh melalui pengukuran penampang stratigrafi dan pengeboran dangkal. Sampel batuan tersebut kemudian diproses melalui uji laboratorium, diantaranya sayatan tipis, palinologi, uji difraksi sinar-x (XRD), analisis geokimia batuan induk, uji kuat tekan uniaksial (UCS), dan uji gelombang ultrasonik.
Litofasies serpih pada daerah penelitian terdiri dari empat fasies yaitu Fasies Batulempung Silikaan, Fasies Batulempung Lanauan, Fasies Batulanau Karbonatan, dan Fasies Serpih Karbonatan. Analisis geokimia serpih menunjukkan nilai TOC dengan kategori sangat baik-istimewa dengan tipe kerogen I-II. Indeks kegetasan serpih pada daerah penelitan termasuk kategori moderately brittle hingga brittle.
Berdasarkan uji kuat tekan uniaksial (UCS) dan uji gelombang ultrasonik, diketahui bahwa kenaikan nilai UCS dan modulus Young statik maupun dinamik menunjukkan pola yang sama dengan kenaikan kandungan mineral karbonat dan penurunan kandungan mineral lempung. Kenaikan kandungan mineral karbonat mempengaruhi kenaikan nilai indeks kegetasan serpih. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara kekuatan batuan, nilai modulus Young, rasio Poisson, indeks kegetasan dan kandungan mineral karbonat.
Perpustakaan Digital ITB