digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Aktivitas penambangan mineral dan batubara di Indonesia berupa ruang terbuka terdiri dari penggalian dan penimbunan akan selalu menghadapi permasalahan kestabilan lereng. Kegiatan peledakan, getaran dari peralatan, dan gempa bumi akan sangat mempengaruhi kestabilan lereng dan akan mengakibatkan kelongsoran. Salah satu jenis kelongsoran adalah longsoran guling. Adapun salah satu cara menganalisis kestabilan lereng adalah dengan mengadakan pemodelan fisik di laboratorium. Pemodelan fisik yang akan dilakukan adalah uji sentrifugal dikarenakan variabel-variabel ujinya merepresentasikan keadaan lapangan sesungguhnya. Terdapat tiga model fisik lereng yang akan diuji menggunakan uji sentrifugal, yaitu: model lereng open cast, model lereng keseluruhan (Fadilah, 2018), dan model lereng open pit (Safitri, 2018). Setiap model lereng memiliki kemiringan lereng sebesar 53.13o, spasi kekar horizontal sebesar 12 cm, dan spasi kekar vertikal sebesar 6 cm. Semua model lereng akan diberikan percepatan sentrifugal sebesar 0g, 0.26g, 0.67g, dan 1.5g selama 15 detik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model lereng mempengaruhi kestabilan lereng, percepatan kritis, dan volume kelongsoran lereng. Dengan percepatan horizontal yang sama yaitu 1.5g, model lereng yang paling kecil kelongsorannya adalah model lereng open pit (Safitri, 2018), sedangkan model lereng open cast menghasilkan volumen kelongsoran yang paling besar, dan model lereng keseluruhan (Fadilah, 2018) berada di antara keduanya dalam hal volume kelongsorannya.