digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Daerah penelitian berada pada perbatasan Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu pada Desa Laroenai dan sekitarnya, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas daerah penelitian 81 km2. Daerah penelitian terletak pada koordinat UTM 412000 m – 421000 m T dan 9655000 m – 9664000 m U (WGS 84, UTM Zona 51 S). Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari tatanan dan sejarah geologi dengan studi diagenesis batugamping Formasi Eemoiko sebagai karakterisasi reservoir batugamping. Bentang alam berada pada tahap geomorfik muda dengan pola aliran sungai dan morfologi dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan dan sesar dengan pola struktur umum berarah barat laut – tenggara. Bentang alam daerah penelitian diklasifikasikan menjadi tiga satuan geomorfologi, yaitu Satuan Dataran Aluvial Laroenai, Satuan Punggungan Blok Sesar Westblok, dan Satuan Perbukitan Karst Laroenai. Litologi yang tersebar pada daerah penelitian berupa asosiasi batuan kerak samudra yaitu batuan peridotit, rijang, dan batulempung yang merupakan batuan dasar pada daerah penelitian, batuan sedimen Molasa Sulawesi yang terdiri dari batupasir – batulempung (Formasi Langkowala) dan batugamping (Formasi Eemoiko), serta endapan permukaan berupa aluvium pantai. Analisis provenan menunjukkan Satuan Batupasir – Batulempung berasal dari batuan yang mengalami orogenesa dengan hasil point counting butiran pada batupasir menunjukkan kategori provenan recycled orogenic yang didominasi perombakan litik dari batuan asal (lithic recycled). Terjadinya tumbukan Blok Banggai Sula, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Ofiolit Sulawesi Timur pada kala Pliosen – Pleistosen menyebabkan deformasi pada daerah penelitian dengan arah tegasan timur laut – barat daya yang menghasilkan struktur geologi berupa perlipatan dan bidang perlapisan dengan jurus berarah barat laut – tenggara serta sesar – sesar mendatar. Batugamping pada daerah penelitian memiliki sejarah diagenesis secara berurutan dari lingkungan marine phreatic, burial, mixing zone, meteoric phreatic, dan meteoric vadose, dengan kehadiran porositas 1 – 5% pada skala kecil, sedangkan pada skala besar terdapat gua-gua hasil pelarutan sebagai jalan masuk dan keluar aliran sungai di daerah penelitian yang menunjukkan permeabilitas batugamping bekerja efektif sehingga dapat berpotensi menjadi reservoir.