digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018 TS PP SUSILA 1 ABSTRAK.pdf
PUBLIC Dewi Supryati

Seiring semakin kerasnya tingkat persaingan usaha di dalam industri konstruksi, PT. WIKA perlu menjaga dan meningkatkan daya saingnya. Salah satu faktor pengungkit daya saing yang penting dalam industri konstruksi adalah ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan. Ketepatan penyelesaiaan pekerjaan ini harus didukung oleh ketersediaan alat yang dibutuhkan pada saat yang tepat. Peran PT. WIKA DPK sebagai penyedia peralatan bagi PT. WIKA menjadi vital dalam meningkatkan daya saing perusahaan. Pada praktiknya salah satu penyebab keterlambatan adalah tidak tersedianya alat pada saat dibutuhkan karena lamanya perbaikan. Keterlambatan perbaikan ini disebabkan oleh proses pengadaan suku cadang yang lama karena adanya permasalahan birokrasi, ketiadaan sistem dan perencanaan yang tidak terintegrasi. Model Vendor Managed Inventory (VMI) merupakan salah satu solusi yang mampu model yang dapat mengatasi masalah tersebut. Model VMI pada sistem pengadaan suku cadang peralatan konstruksi sendiri belum banyak diteliti sebelumnya Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk merancang model VMI yang sesuai dengan sistem pengadaan suku cadang peralatan konstruksi berbasis Vendor Managed Inventory Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini menggunakan model VMI yang dikembangkan Franke (2010) sebagai acuan utama. Penelitian ini dimulai dengan sudi pendahuluan untuk mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan serta mengkaji berbagai literatur yang relevan. Selanjutnya dilakukan perancangan model VMI yang dimulai dari tahapan klasifikasi, pembobotan kriteria, pengkategorian suku cadang, perancangan model usulan yang kemudian diuji dengan menggunakan model simulasi. Setelah proses validasi dan verifikasi model, dilakukan analisis implementasi dan implikasi manajerial penerapan model. Terakhir dilakukan penarikan kesimpulan penelitian serta saran-saran untuk implementasi dan penelitian selanjutnya. Tahapan pengkategorian suku cadang tersebut menghasilkan dua kategori suku cadang, yaitu Leverage dan Strategic yang masing-masing dapat dikelompokkan untuk memakai rancangan VMI yang cocok untuk masing-masing kategori tersebut. Penelitian ini menyajikan cara pemilihan suku cadang VMI lebih rinci dengan kriteria yang sudah dikhususkan akan berdampak pada biaya (strategic) atau berdampak risiko (risk) sekaligus cara memberikan bobot dari masing-masing kriteria. Hasil akhir dari penelitian ini adalah bahwa Model VMI yang sesuai dengan hasil pengkategorian suku cadang adalah model close colaboration VMI dan 3PL Based VMI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem yang dirancang berdasarkan model VMI hasil penelitian ini terbukti lebih cepat secara signifikan dibanding sistem yang saat ini berlaku. Selain itu sistem usulan lebih terukur karena dirancang untuk dikembangkan dalam sistem berbasis web. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa tidak semua jenis suku cadang harus menggunakan model VMI dalam proses pengadaannya dikarenakan pertimbangan sisi biaya inventori dan fokus vendor dalam menjaga suku cadang tertentu yang kritis bagi PT. WIKA