digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) merupakan perusahaan satu – satunya di Indonesia dalam industri kedirgantaraan. Untuk menciptakan daya saing internasional dan memenuhi permintaan klien terbaru dalam produksi komponen pesawat, PT. DI melakukan penerapan teknologi bonding dan komposit. Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan teknologi tersebut yaitu melakukan produksi tingkat rendah komponen pesawat untuk klien terbaru, Airbus Defence & Space (ADS). Penerapan teknologi manufaktur mengandung banyak risiko seperti melesetnya jadwal dan terjadinya pembengkakan biaya produksi. Oleh karena itu, perlu diketahui kesiapan manufaktur yang dimiliki untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan perusahaan dalam mencapai tujuan program sehingga dapat diketahui risiko – risiko apa saja yang terdapat pada program penerapan. Pengukuran kesiapan manufaktur komponen pesawat dengan teknologi bonding dan komposit dilakukan dengan menggunakan model dari US. Department of Defense (US DoD) yaitu manufacturing readiness level (MRL). MRL ini terdiri dari 10 tingkatan kesiapan manufaktur dan disusun dari 9 kriteria dan 22 subkriteria. MRL ini dikembangkan terlebih dahulu dengan metode delphi yang memanfaatkan pendapat pakar yang relevan dan divalidasi dengan content validity ratio (CVR). Alat ukur jadi terdiri dari 439 indikator yang tersebar ke dalam 10 tingkatan kesiapan manufaktur tersebut. Hasil pengukuran kesiapan manufaktur komponen pesawat ADS dengan teknologi bonding dan komposit menunjukkan bahwa kesiapan PT. DI berada pada MRL 2. Tujuan yang ingin dicapai PT. DI berkaitan dengan MRL 8. Dengan demikian, terdapat kesenjangan dari kesiapan manufaktur yang dimiliki dan yang dibutuhkan, sehingga PT. DI dapat dikatakan belum siap untuk melakukan produksi tingkat rendah komponen pesawat ADS dengan teknologi bonding dan komposit.