Air asam tambang (AAT) adalah air pada kegiatan penambangan atau penggalian yang bersifat asam atau memiliki keasaman tinggi dan terbentuk sebagai akibat teroksidasinya mineral sulfida disertai keberadaan air. Sumber keasaman adalah mineral sulfide yang dapat teroksidasi. Sumber pengoksidasi yang utama adalah oksigen dalam udara. Air merupakan salah satu reaktan dalam proses pembentukan AAT dan juga sebagai media yang “mencuci” atau melarutkan hasil oksidasi. Sumber air dapat berupa air limpasan hujan atau air tanah. AAT merupakan dampak lingkungan penting dari kegiatan pertambangan, baik tambang bijih maupun tambang batubara. Dampak dari AAT dapat merusak ekosistem di wilayah pertambangan dan menjadi beban pascatambang apabila tidak dikelola dengan baik.
Pembentukan AAT merupakan akibat kegiatan pertambangan yang pasti terbentuk atau tidak dapat dicegah sepenuhnya. Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengolahan untuk AAT sehingga memenuhi baku mutu lingkungan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Teknologi pengolahan aktif merupakan salah satu sistem untuk pengolahan AAT. Teknologi ini cocok untuk diterapkan pada tahap eksplorasi dan operasi-produksi karena memerlukan pengendalian dan pengelolaan secara aktif oleh manusia terhadap pengoperasian dan perawatan dari sistem pengolahan. Dalam penerapan teknologi ini dibutuhkan bahan penetral yang pada umumnya bahan kimia. Bahan penetral yang digunakan dalam pengujian yang dilakukan berbasis kalsium dan natrium yaitu CaO (setpond) berasal dari stok penyimpanan dekat settling pond PT BIB, CaO (nursery) berasal dari stok penyimpana nursery PT BIB, CaO (kontrol) yang digunakan untuk perbandingan jenis kapur pada, dan NaOH. Untuk mengetahui efektivitas bahan penetral dalam pengolahan sampel AAT yang digunakan, dilakukan uji titrasi, jar test, uji kualitas air (uji fisik, Induced Coupled Plasma-Mass Spectometry, Ion Chromatography), dan uji unsur (X-Ray Fluoresence).
Berdasarkan pengujian tersebut, didapatkan karakteristik sampel AAT dan bahan penetral untuk mengetahui pengaruh karakteristik sampel terhadap efektivitas pengolahan sampel AAT. Sampel AAT yang digunakan belum memenuhi parameter pH, Fe, dan Mn dalam baku mutu. Oleh karena itu, diperlukan dosis CaO (setpond) 540 mg/L, CaO (nursery) 500 mg/L, CaO (kontrol) 500 mg/L, dan NaOH 400 mg/L dalam pengolahan sampel AAT. Kebutuhan bahan penetral serta desain kolam pengendap yang diperlukan dibuat rancangannya sesuai hasil pengujian. Kebutuhan bahan penetral terbesar selama setahun dihasilkan oleh CaO (nursery) dan CaO (control) sebesar 4.320 ton per tahun.
Perpustakaan Digital ITB