digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Titanium dioksida atau titania merupakan oksida dari titanium yang banyak digunakan sebagai fotokatalis. Titania memiliki beberapa kelebihan yaitu memiliki sifat optik yang baik, tidak beracun, harganya murah dan memiliki aktivitas fotokatalitik yang baik. Sintesis TiO2 dengan metode hidrotermal dilakukan di dalam autoclave yang dapat memberikan kristal TiO2 dengan tingkat aktivitas yang tinggi. TiO2 memiliki tiga jenis amorf yaitu rutil, brokit dan anatase. Anatase berada pada kondisi metastabil yang memiliki aktivitas fotokatalitik yang sangat tinggi karena sifat fisik dari tipe anatase yang mempunyai luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan tipe lainnya. Struktur kristal anatase dengan ukuran, morfologi dan luas permukaan yang sangat baik dapat diperoleh dengan memodifikasi jenis pelarut yaitu dengan menggunakan cairan ion. Pelarut yang digunakan dalam sintesis TiO2 merupakan campuran antara air dengan cairan ion turunan imidazolium diantaranya 1-butil-3-metilimidazolium klorida (BMIM-Cl), 1-butil-3-metilimidazolium tetrafluoroborat (BMIM-BF4) dan 1-butil-3-metilimidazolium salisilat (BMIM-salisilat). TiO2 yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan XRD, UV-Vis DRS, BET, SEM dan TEM sedangkan cairan ion yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan NMR. Berdasarkan hasil karakterisasi TiO2 menggunakan XRD diperoleh derajat kristalinitas yang paling tinggi pada TiO2 yang disintesis menggunakan campuran pelarut air : BMIM-BF4 (3:7v/v) diikuti oleh TiO2 yang disintesis menggunakan pelarut air : BMIM-Cl (3:7v/v) kemudian dengan air saja dan campuran air : BMIM-salisilat (3:7v/v). Karakterisasi menggunakan UV-Vis DRS menunjukkan bahwa TiO2 yang disintesis dengan campuran air : BMIM BF4 (3:7v/v) mempunyai nilai band gap paling kecil kemudian air : BMIM Cl (3:7v/v), air dan paling besar diikuti oleh campuran air : BMIM salisilat (3:7v/v). Karakterisasi BET digunakan untuk melihat luas permukaan dimana luas permukaan paling besar dihasilkan oleh TiO2 yang disintesis dengan campuran air : BMIM-BF4 (3:7v/v) kemudian air : BMIM-Cl (3:7v/v), air dan campuran air : BMIM-salisilat (3:7v/v). Titania yang dihasilkan digunakan sebagai katalis untuk degradasi asam humat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa TiO2 yang disintesis dengan campuran pelarut air dan BMIM-BF4 (3:7v/v) memiliki % degradasi yang paling tinggi terhadap asam humat yaitu 89,15% kemudian campuran air : BMIM-Cl (3:7v/v) sekitar 83,45% diikuti oleh TiO2 yang disintesis oleh air saja sekitar 67,19% dan air : BMIM-salisilat sekitar (3:7v/v) 64,68% .