Mineral sulfida yang merupakan sumber utama pembentukan air asam tambang, dapat terbentuk salah satunya pada proses mineralisasi yang dipengaruhi oleh fluida hidrotermal yaitu pada endapan ephitermal high sulphidation. Fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan yang dilewatinya menyebabkan adanya perubahan mineralogi, tekstur, maupun kandungan kimia dari batuan tersebut atau yang dikenal dengan alterasi hidrotermal. Sampel batuan yang diteliti berasal dari zona alterasi argilic dan chloritic, dimana zona argilic terjadi ubahan mineral lempung seperti kaolinite, illite dan smectite serta zona chloritic dengan mineral ubahan klorit, karbonat, albite dan epidote. Perbedaan himpunan mineral alterasi pada kedua zona alterasi tersebut menyebabkan perbedaan dalam karakteristik pembentukan air asam tambang (AAT) terkait reaksi geokimia yang terjadi seperti oksidasi pirit, disolusi mineral sulfat maupun mineral karbonat.
Pengujian yang dilakukan dalam karakterisasi geokimia dalam penelitian ini adalah uji statik, uji kinetik, uji kualitas air lindian serta uji mineralogi dan uji unsur untuk mendukung hasil karakterisasi geokimia. Hasil karakterisasi geokimia menyatakan bahwa sampel AR-1, AR 2, CH-1, dan CH-2 berpotensi membentuk asam (PAF). Hal ini menunjukan bahwa potensi pembentukan AAT suatu batuan pada endapan hidrotermal tidak ditentukan oleh tipe alterasinya, terutama tipe alterasi argilic dan alterasi chloritic.
Permodelan geokimia dengan inverse dan forward modelling
menggunakan perangkat lunak PHREEQC, dilakukan untuk memodelkan reaksi geokimia dan laju reaksi mineralnya. Hasil permodelan mengidentifikasi adanya reaksi oksidasi pirit, reaksi pelarutan sulfat (gypsum) serta reaksi penetralan karbonat (kalsit) dengan laju reaksi berkisar antara 1,17x10-10 mol m-2 s -1 hingga 8,61x10-8 mol m-2 s -1. Hasil tersebut digunakan dalam prediksi waktu kehabisan pirit dengan metode exponential decay pada reaksi orde satu dengan lama waktu kehabisan pirit, untuk sampel AR-1 yaitu 31,2 tahun, AR-2 1,08 tahun, CH 1 1,15 tahun dan CH-2 yaitu 54 tahun. Perbedaan waktu kehabisan pirit ini selain disebabkan oleh perbedaan laju reaksi oksidasi pirit, tetapi disebabkan oleh perbedaan jumlah pirit awal yang terdapat pada sampel yang didapatkan dari nilai total sulfur pada hasil pengujian statik dari setiap sampel dimana diasumsikan keseluruhan konsentrasi sulfur tersebut berasal dari hasil reaksi mineral pirit.
Perpustakaan Digital ITB