Korosi pada permukaan bagian dalam pipa pengalir minyak mentah dan gas alam
dengan campuran fluida yang mengandung CO2 dan disertai pembentukan terak
(scaling) merupakan masalah serius di industri migas. Korosi CO2 dapat menyebabkan
penipisan dan kebocoran pipa, sedangkan pembentukkan terak akan menyebabkan
pengurangan diameter alir fluida serta penyumbatan bagian-bagian pipa di sepanjang
jalur transportasi minyak dan gas dari sumur minyak sampai ke tempat pengolahannya
sehingga berpotensi menyebabkan kerugian materil dan kerusakan lingkungan.
Karenanya diperlukan metode pengendalian laju korosi juga pencegahan pembentukkan
terak yang efektif dan efisien terhadap kondisi tersebut. Senyawa polimer yang
memiliki ikatan-ikatan rangkap dan heteroatom dalam molekulnya diketahui efektif
sebagai inhibitor korosi, karena komponen struktur tersebut dapat menjadi
pengompleks atau pengkhelat ion besi saat menempel pada permukaan logam, memiliki
kestabilan termal yang baik dan dapat menutupi area permukaan logam yang lebih luas.
Kitosan sebagai salah satu biopolimer dapat dijadikan sebagai inhibitor korosi, namun
memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Peningkatan kelarutan kitosan dalam air
dapat dilakukan dengan reaksi karboksimetilasi. Sementara itu oligosuksinimida (OSI)
sebagai intermediet oligo(asam aspartat) dikenal efektif sebagai inhibitor terak. Pada
penelitian ini dilakukan sintesis N,O-karboksimetil kitosan (N,O-KMK) dan
oligosuksinimida serta dilanjutkan reaksi kopolimerisasi secara grafting onto antara
N,O-KMK dan OSI untuk menghasilkan N,O-karboksimetil kitosan-g-oligo(asam
aspartat) atau N,O-KMK-g-OASP yang memiliki fungsi ganda baik sebagai inhibitor
korosi maupun inhibitor terak. Analisis struktur prekursor dan kopolimer dilakukan
dengan spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR), Nuclear Magnetic Resonance
(NMR), dan Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy (LC-MS), kemudian
kestabilan termal dianalisis secara termogravimetrik (TGA). Selanjutnya, analisis
efisiensi inhibisi korosi dengan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy
(EIS), polarisasi potensiodinamik (Tafel) dan weight loss dalam larutan NaCl 1% (w/v)
yang dijenuhkan gas CO2, sedangkan daya inhibisi terak ditentukan dengan metode uji
terak statik. Spektrum FTIR N,O-KMK-g-OASP menunjukkan peningkatan intensitas
puncak pada bilangan gelombang 1650 cm-1 hasil vibrasi ulur ikatan gugus karbonil
amida karena semakin banyak gugus amida yang terbentuk setelah reaksi
kopolimerisasi. N,O-KMK dan OSI tergolong inhibitor campuran yang masing-masing
cukup efektif mengurangi laju korosi pada suhu 35 oC dan 25 oC. N,O-KMK masih
menginhibisi korosi pada suhu 55 oC tetapi lebih cepat terkoagulasi, sedangkan OSI
memiliki efisiensi cukup tinggi pada suhu ruang tetapi menjadi tidak efektif pada suhu
55 oC. N,O-KMK-g-OASP tergolong inhibitor anodik, efisiensi inhibisi korosinya
meningkat seiring dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Pengujian N,O-KMK-g-
OASP sebagai inhibitor terak CaCO3 menunjukkan efisiensi inhibisi mencapai 95,77%
pada konsentrasi 30 ppm. Hasil ini menunjukkan OSI, N,O-KMK dan N,O-KMK-g-
OASP cukup efektif mengurangi laju korosi baja karbon dalam lingkungan NaCl 1%
(w/v) yang dijenuhkan gas CO2. Selain itu, N,O-KMK-g-OASP juga efektif bekerja
sebagai inhibitor terak CaCO3 .
Perpustakaan Digital ITB