digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bakso merupakan salah satu makanan olahan daging yang populer di Indonesia. Harga daging sapi yang tinggi membuat sekolompok orang mencampurkan daging celeng atau babi hutan ke dalam bakso. Di Indonesia terdapat beberapa jenis celeng yaitu Sus scrofa, Sus barbatus, dan Sus verrucosus yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia termasuk Pulau Jawa dan Sumatera. Informasi yang benar mengenai kandungan jenis daging dalam bakso sangat penting untuk memenuhi hak konsumen. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk mendeteksi kandungan daging celeng ataupun babi ternak dalam bakso. Saat ini, Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) merupakan metode yang cepat dan praktis dalam menguji kandungan celeng dalam bakso. Dalam penelitian ini, telah didesain tiga pasang primer dari gen cytochrome oxidase subunit I (COI) dan cytochrome b yang diuji spesifitasnya pada DNA Sus scrofa, Sus barbatus, Sus verrucosus, Sus scrofa domesticus, Bos indicus, Bos taurus, Capra hircus, Rattus argentiventer, Rattus norvegicus, Mus musculus, dan Gallus gallus domesticus. Hasil metode LAMP hanya positif mengamplifikasi DNA celeng, akan tetapi metode ini tidak konsisten. Oleh karena itu dikembangkan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) multipleks dengan menggunakan sepasang primer dari gen cytochrome oxidase subunit I (COI) (spesifik untuk babi), cytochrome b (ayam) dan D-loop (sapi). Primer COI juga dapat mendeteksi kandungan babi dalam bakso dengan konsentasi 0,1% daging celeng ataupun babi dengan konsentrasi DNA 100 ng/µl. PCR ini bersifat lebih konsisten setelah dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode PCR lebih akurat dan stabil dibandingkan dengan metode LAMP. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya mendeteksi kandungan Sus scrofa dalam makanan olahan, primer COI yang telah didesain dalam penelitian ini juga dapat mendeteksi kandungan Sus scrofa dan Sus barbatus dalam bakso. Akan tetapi, primer ini belum bisa membedakan antara babi ternak dan celeng. Berdasarkan hasil survei bakso di beberapa titik di Pulau Jawa dengan menggunakan metode PCR, dari total sampel 161 bakso sapi (40 sampel dari Jawa Timur, 51 dari Jawa Tengah, 35 dari Jawa Barat (tidak termasuk Bogor) dan 35 dari DKI Jakarta, Banten dan Bogor) terdeteksi satu sampel mengandung campuran daging babi ternak atau celeng dan ayam dari Jawa Tengah. Baik pada daerah Jawa Tengah, jawa Timur dan Jabodetabek, sebagian besar bakso mengandung campuran daging ayam dan sapi. Berbeda dengan bakso dari Jawa Barat banyak yang benar benar mengandung daging sapi. Dari 161 sampel bakso dari Pulau Jawa, 71 bakso mengandung campuran daging sapi dan ayam, 49 bakso mengandung daging ayam dan hanya 20 bakso yang murni mengandung daging sapi. Hal ini membuktikan bahwa primer yang didesain dengan menggunakan metode PCR multipleks dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan daging celeng dan babi, ayam dan sapi dalam bakso.