digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 LA ODE ARHAM
PUBLIC Open In Flipbook Resti Andriani

BAB 2 LA ODE ARHAM
PUBLIC Open In Flipbook Resti Andriani

BAB 3 LA ODE ARHAM
PUBLIC Open In Flipbook Resti Andriani

BAB 4 LA ODE ARHAM
PUBLIC Open In Flipbook Resti Andriani

BAB 5 LA ODE ARHAM
PUBLIC Open In Flipbook Resti Andriani

PUSTAKA LA ODE ARHAM
PUBLIC Open In Flipbook Resti Andriani

Indonesia merupakan salah satu negara produsen timah terbesar didunia. Besarnya produksi timah di Indonesia tidak diimbangi oleh jumlah industri pengolahan produk timah menjadi produk turunan. Pengolahan timah menjadi produk turunan akan memberikan nilai tambah serta menambah jumlah lapangan kerja di Indonesia. Salah satu produk turunan timah yang terus berkembang adalah organotin sebagai stabilisator panas pada PVC. PT. Timah Industri yang merupakan anak perusahaan PT. Timah, memproduksi senyawa organotin sebagai bahan baku stabilisator panas PVC. Dalam proses produksi tersebut, terbentuk limbah kerak pada dinding reaktor pembuatan produk antara. Kerak tersebut masih mengandung sejumlah timah yang berpotensi diolah kembali. Sampai saat ini penelitian tentang pengolahan limbah untuk mendapatkan kembali timah masih terbatas pada limbah anorganik, sementara untuk limbah organik (organotin) belum ditemukan publikasi mengenai penelitian tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi untuk memperoleh kembali timah dari limbah organotin. Potensi untuk memperoleh kembali timah dari limbah organotin dipelajari melalui metode pelindian menggunakan asam sulfat (H2SO4) dan electrowinning. Pada penelitian ini, sampel limbah organotin yang digunakan berasal dari PT. Timah Industri. Sampel tersebut lalu dipreparasi berupa pengecilan ukuran, pencucian, penyaringan dan pengeringan, serta penggerusan kembali. Proses pencucian bertujuan untuk menghilangkan sejumlah senyawa organik yang dapat larut didalam air tanpa melarutkan timahnya. Penyeragaman ukuran sampel dilakukan dengan pengayakan dan penampungan pada ukuran -100 + 150 mesh (- 149 + 105 ?m). Sampel yang telah diayak tersebut dilakukan sampling menggunakan metode coning quartering untuk selanjutnya dikarakterisasi dan menjadi umpan pelindian. Sampel organotin dikarakterisasi menggunakan instrumen Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-Ray Analysis (XRD), X-Ray Fluorosence (XRF) dan atomic absorption Spectroscopy (AAS) Percobaan Pelindian dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam sulfat, temperatur dan persen solid terhadap persen ektraksi timah. Studi kinetika pelindian dipelajari dengan menggunakan pendekatan shrinking core. Kondisi operasional pelindian terbaik digunakan untuk membuat pelindian skala besar. Larutan hasil pelindian akan dijadikan sebagai umpan electrowinning. Electrowinning dilakukan untuk mengetahui pengaruh rapat arus, konsentasi timah terlarut (gpl) dan konsentrasi asam terhadap efisiensi arus. Hasil karakterisasi sampel limbah organotin setelah proses preparasi menunjukkan kandungan timah sebesar 37,87% dalam bentuk senyawa tin oxide (SnO) dan tin tetramethylammonium chloride (C8H24Cl6N2Sn). Hasil-hasil percobaan pelindian menunjukkan persen ekstraksi tertinggi yaitu 96,5% diperoleh pada konsentrasi asam sulfat 8 M, temperatur 95 0C dan persen solid 6,54%. Hasil studi kinetika menunjukkan pelindian timah dari limbah kerak organotin dalam larutan asam sulfat dikendalikan oleh laju difusi melalui produk padat yang mengelilingi inti yang tidak bereaksi. Pada percobaan electrowinning menunjukkan efisiensi arus tertinggi yaitu 95,35 %, diperoleh pada rapat arus 80 A/m2 , konsentrasi timah terlarut 60 gram per liter dan konsentrasi asam sulfat 1,2 M. Pada pelindian limbah organotin, persen ekstraksi meningkat seiring kenaikan temperatur dan konsentrasi asam sulfat, sementara terjadi penurunan persen ektraksi terhadap peningkatan persen solid. Energi aktivasi pelindian ini sebesar 39,95 kJ/mol. Pada proses electrowinning, peningkatan rapat arus menyebabkan penurunan efisensi arus listrik, sementara peningkatan konsentrasi timah didalam larutan akan meningkatkan efisensi arus. Peningkatan konsentrasi asam sulfat menyebabkan terjadinya evolusi gas hidrogen yang banyak, sehingga efisiensi arus menjadi menurun. Pada konsentrasi asam sulfat yang rendah, terjadi penurunan efisiensi arus. Konsumsi energi terbaik pada proses electrowinning adalah 0.95 kWh/Kg Sn.