digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penambangan bijih emas (Au) pada endapan epithermal high sulphidation berpotensi menghasilkan air asam tambang. Pada sistem high sulphidation, zona alterasi yang terbentuk yakni zona silicic, advanced argillic, argillic, dan propylitic. Pada zona argillic dicirikan dengan hadirnya mineral kaolinite, illite-smectite, quartz, dan disseminated pyrite. Langkah awal untuk mengetahui potensi pembentukan air asam tambang pada batuan yakni uji karakteristik geokimia batuan dengan melalui uji statik dan uji kinetik. Kemudian, dikonfirmasi melalui uji XRF (X-Ray Fluorescence) untuk mengetahui unsur dan uji XRD (X-Ray Diffraction) untuk mengetahui mineral dalam batuan yang berpotensi membentuk asam. Selain itu, diperlukan uji kualitas air lindian untuk melihat banyaknya kandungan logam pada air lindian sehingga dapat diperkirakan logam yang menyebabkan terbentuknya air asam tambang dan logam yang bersifat menetralkan air asam tambang. Hasil uji kualitas air lindian akan dibandingkan dengan baku mutu yakni Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 202 Tahun 2004. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, terdapat 4 batuan PAF-HC (Potentially Acid Forming-High Capacity) yakni batuan yang berpotensi menghasilkan air asam tambang dengan keasaman yang kuat, 7 batuan PAF-LC (Potentially Acid Forming-Low Capacity) yakni batuan yang berpotensi menghasilkan air asam tambang dengan keasaman yang lemah dan 1 batuan NAF (Non-Acid Forming) yakni batuan yang tidak berpotensi menghasilkan air asam tambang. Pengelolaan air asam tambang dengan enkapsulasi yakni dengan tujuan untuk mengurangi porositas dan menjadikan batuan bersifat tidak permeabel sehingga mengurangi laju difusi oksigen dan infiltrasi air ke dalam timbunan batuan yang mengandung mineral sulfida.