digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gunung Agung adalah gunung yang terletak pada ujung timur Pulau Bali, Indonesia dan merupakan salah satu gunung api aktif pada cincin api Pasifik. Setelah terjadi erupsi besar pada tahun 1963, Gunung Agung kembali mengalami peningkatan aktivitas seismik secara signifikan yang menyebabkan adanya peningkatan status menjadi Level IV (Awas) pada 22 September 2017, dan diikuti dengan periode erupsi pertama pada 25 dan 26 November 2017. Penelitian ini ditujukan untuk mengamati deformasi dari Gunung Agung dalam periode Agustus 2017 sampai dengan Januari 2018 menggunakan metode Differential Interferometric Synthetic Aperture Radar (D-InSAR) serta koreksi atmosferik terhadap data Sentinel-1A. Teknik D-InSAR umum digunakan untuk mengamati deformasi di permukaan bumi dengan menghilangkan efek dari topografi pada interferogram. Teknik Pairwise Logic (PWL) digunakan untuk menghilangkan efek atmosferik dari interferogram yang sudah diolah menggunakan D-InSAR sebelumnya. Metode ini dilakukan pada data Sentinel-1A orbit jalur naik dan turun untuk mengamati perubahan deformasi akibat adanya pergeseran Line-of-Sight (LOS). Laju deformasi dalam hitungan hari kemudian dihitung untuk mengabaikan perbedaan yang signifikan dari besaran deformasi yang disebabkan oleh perbedaan baseline temporal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan PWL, laju deformasi pada jalur naik berkisar antara -4,1 mm/hari sampai 2,9 mm/hari, sementara pada jalur turun laju deformasi berkisar antara -2,5 mm/hari sampai 3,6 mm/hari. Perbedaan nilai ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dari sudut orientasi LOS dan referensi waktu dari data. Pola dari deformasi yang dibentuk dari besaran deformasi yang dihitung menunjukkan bahwa terjadi inflasi dekat dengan waktu erupsi dan diikuti oleh adanya penurunan yang dapat disebabkan oleh perubahan tekanan dalam dapur magma.