digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 ANDREW JONATHAN (NIM : 12514037)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 ANDREW JONATHAN (NIM : 12514037)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 ANDREW JONATHAN (NIM : 12514037)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 ANDREW JONATHAN (NIM : 12514037)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 ANDREW JONATHAN (NIM : 12514037)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA ANDREW JONATHAN (NIM : 12514037)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Kebutuhan listrik di Indonesia tumbuh rata-rata 8,6% per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah membuat program pembangunan pembangkit listrik sebesar 80,5 GW dimana didominasi oleh PLTU. Kini, implementasi peningkatan temperatur uap dalam PLTU telah mencapai 700oC. Salah satu material yang penggunaannya dalam PLTU sedang berkembang adalah paduan baja feritik. Penelitian sebelumnya menunjukkan paduan baja feritik dengan komposisi 69,5Fe-14Ni-9Al-7,5Cr (wt%) memiliki ketahanan oksidasi yang cukup baik. Dalam penelitian ini, dilakukan penambahan unsur Mo sebanyak 1wt% sehingga komposisi paduan menjadi 68,5Fe-14Ni-9Al-7,5Cr-1Mo (wt%). Paduan ini dioksidasi pada temperatur 800, 900 dan 1000oC agar dipelajari perilaku oksidasinya. Percobaan penelitian ini dimulai dengan peleburan logam-logam penyusun paduan dengan komposisi 68,5Fe-14Ni-9Al-7,5Cr-1Mo (wt%). Produk peleburan berupa button kemudian dihomogenisasi dalam keadaan inert selama 24 jam pada temperatur 1100oC. Button kemudian dipotong menjadi 12 sampel balok kecil dengan ketebalan ±1 dan diagonal minimal 5 mm. Tiap sisi sampel balok ini kemudian diamplas (grit 400, 600, 800, 1000, 1200, 1500, 2000), dicuci dengan sabun dan dibilas dengan distilled water sebelum dioksidasi. Tiap sampel kemudian dioksidasi berdasarkan variasi temperatur yaitu 800, 900 dan 1000oC dan waktu oksidasi yaitu 1, 10, 50 dan 150 jam. Beberapa karakterisasi kemudian dilakukan terhadap sampel hasil oksidasi antara lain XRD, SEM-EDS-X-ray Mapping permukaan dan penampang permukaan. Ketebalan scale oksida juga diukur menggunakan mikroskop optik. Hasil XRD pada sampel 150 jam disetiap temperatur menunjukkan kesamaan yaitu keberadaan senyawa Al2O3. Hasil SEM permukaan sampel 150 jam temperatur 800oC menunjukkan morfologi cluster butiran, temperatur 900oC menunjukkan morfologi rambut (whisker), temperatur 1000oC menunjukkan morfologi kerutan (wrinkling). Hasil X-ray Mapping penampang permukaan menunjukkan scale pada seluruh sampel 150 jam di tiap temperatur didominasi oleh oksida Al dimana hasil EDS penampang permukaan oksida unsur-unsur lain cenderung berkurang seiring bertambahnya kedalaman scale. Data ketebalan scale menunjukkan pertambahan ketebalan scale terjadi signifikan ketika awal proses oksidasi hingga waktu 10 jam dan kemudian penebalan ini berkurang seiring bertambahnya waktu oksidasi.