BAB 1 Ronald L. S. L. Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Ronald L. S. L. Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Ronald L. S. L. Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Ronald L. S. L. Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Ronald L. S. L. Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ronald L. S. L. Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Dalam mencapai Negara Industri Indonesia Tangguh, perlu penyiapan produksi
paduan logam untuk pemakaian pada temperatur tinggi. Pengembangan material
generasi terbaru dalam dua dekade terakhir mengarahkan pada desain paduan
logam berbasis entropi tinggi. Paduan logam entropi tinggi memiliki ketahanan
oksidasi, korosi dan temperatur tinggi yang lebih baik apabila dibandingkan
dengan paduan logam konvensional maupun paduan logam super. Umumnya
paduan ini terdiri dari beberapa unsur. Untuk aplikasi pada temperatur tinggi,
beberapa unsur yang sering digunakan adalah Al, Cr, maupun Si, karena oksida
yang terbentuk bersifat protektif, yaitu dengan membentuk Al2O3, Cr2O3, maupun
SiO2.
Untuk mengetahui laju pembentukan oksida pada logam, dapat dilakukan
beberapa pengukuran baik pada jumlah logam yang terkonsumsi, jumlah oksigen
yang dikonsumsi, maupun jumlah oksigen yang digunakan pada saat reaksi.
Dimana pada temperatur tinggi, ada tiga model kinetika reaksi oksidasi yang
umum digunakan, yaitu kinetika laju linear, parabolik, dan logaritmik. Umumnya
pada oksidasi isotermal, laju kinetika mengikuti persamaan parabolik, artinya
semakin lama oksidasi dilakukan, maka ketebalan kerak oksida yang terbentuk
akan semakin berkurang. Pada penelitian kali ini, temperatur uji yang dilakukan
adalah 900, 1000, dan 11000C, dengan variasi waktu pengujian selama 2, 16, 40
jam, dan 7 hari untuk suhu 11000C dengan sampel paduan entropi tinggi
Al0.25CoCrFeNi.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa pada sampel
Al0.25CoCrFeNi, oksida yang pertama kali terbentuk pada suhu 9000C-2 jam
adalah spinel berbentuk NiFe2O4 dan CoFe2O4. Lalu, seiring berjalannya waktu,
oksida yang bersifat protektif Cr2O3 mulai terbentuk dengan cara difusi ion
melalui kerak oksida yang sudah terbentuk sebelumnya,sementara itu pada suhu
tinggi dan waktu yang sangat lama, oksida yang bersifat protektif lainnya Al2O3
terbentuk. Diketahui juga bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu
oksidasi, oksida Cr2O3 akan semakin banyak terbentuk. Berdasarkan hasil
perpotongan antara perubahan berat dengan waktu kinetika laju oksidasi,
diketahui bahwa pada suhu 9000C Al0.25CoCrFeNi memiliki ketahanan oksidasi
yang paling baik, dengan persamaan laju pembentukan oksida adalah x2= 9 x 10-7t
+ 7 x 10-5, dengan nilai energi aktivasi adalah 54,757kJ/mol.