digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Batupasir merupakan reservoir yang paling penting dimana 60% dari semua batuan reservoir adalah batupasir. Untuk menentukan kondisi dan kualitas sebuah reservoir, dilakukan karakterisasi reservoir agar dapat diketahui nilai properti elastik reservoir tersebut. Oleh karena itu, untuk menghubungkan antara parameter elastik yang mencerminkan kualitas reservoir pertama dilakukan pendekatan dengan pemodelan Raymer-Hunt-Gardner dan Krief dan didapatkan nilai modulus bulk dan modulus shear mineral dari masing-masing pemodelan tersebut. Kemudian nilai Kmin dan μmin tersebut digunakan sebagai nilai batas untuk menentukan Kmin dan μmin yang akan digunakan untuk pengolahan data selanjutnya. Dengan metode Hashin-Shtrikman bounds juga dilakukan estimasi nilai K clay, μ clay, K quartz, dan μ quartz dari data fraksi mineral XRD untuk memastikan nilainya sesuai dengan nilai Kmin dan μmin yang didapat dari hasil pemodelan Hashin-Shtrikman. Dari data XRD ditunjukkan bahwa tidak hanya porositas, namun geometri pori dan clay content juga mempengaruhi Vp dan Vs. Parameter yang sebanding dengan clay content yaitu ρdry/ρmin. Teori Pride untuk menentukan faktor konsolidasi (alpha) dan Teori Nur untuk mencari nilai porositas kritis dipakai untuk mencari parameter geometri pori terbaik yang dapat digunakan untuk analisis kualitas reservoir di daerah penelitian, yaitu di Formasi Balikpapan, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur, dengan plotting parameter tersebut sebagai colorkey pada log permeabilitas terhadap porositas. Kualitas reservoir dipengaruhi oleh permeabilitas dan porositas dimana permeabilitas dan porositas yang tinggi menunjukkan kualitas reservoir yang baik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa porositas kritis (ϕc) / (rho dry/ rho min) merupakan parameter elastik batuan terbaik yang dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengidentifikasi kualitas reservoir batupasir.