digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kawasan kuno atau kawasan kota lama sebagai bagian dari ruang kota yang terwujud dari sejarah arsitektur kota, memiliki peran penting dalam perkembangan kekayaan arsitektur. Masih bertahannya kawasan beserta morfologi dan bangunan kunonya merupakan peninggalan sejarah dan cerminan dari budaya kotanya. Untuk mempertahankan nilai-nilai yang ada, maka keberadaan Kota Lama perlu dilestarikan baik secara fisik maupun aktivitas yang terjadi di dalamnya. Pada perkembangannya kawasan Kota Lama Semarang terlihat mati. Degradasi pada Kawasan Kota Lama Semarang meliputi berbagai aspek, antara lain aspek fisik, fungsi, lokasi, citra kawasan, ekonomi, maupun sosial. Guna mengantisipasi kondisi negatif yang disebabkan oleh berbagai degradasi kualitas ini, revitalisasi pada kawasan Kota Lama perlu dilakukan. Revitalisasi pada kawasan bersejarah/cagar budaya harus pula mempertimbangkan kaidah dalam konservasi kawasan cagar budaya. Dalam ranah perancangan kota revitalisasi difokuskan pada intervensi fisik sebagai pendukung tumbuhnya aktivitas ekonomi dan sosial pada kawasan. Revitalisasi fisik sejatinya hanya mampu menciptakan sebuah ruang, disisi lain usaha revitalisasi kawasan cagar budaya diharapkan mampu menciptakan sebuah place karena sebuah kehidupan kawasan kota terbentuk oleh tempat-tempat yang menciptakan beragam aktivitas dan memiliki karakter. Oleh karna itulah digunakan pendekatan placemaking dimana dalam revitalisasi kawasan mempertimbangkan aspek fisik, aktivitas dan identitas sehingga revitalisasi kawasan tidak sekedar mempercantik kawasan, namun juga mampu menjadi interesting place. Proses identifikasi potensi dan permasalahan perancangan didasarkan pada penentuan komponen, prinsip dan kriteria perancangan yang didapat dari tinjauan literatur dan studi kasus. Komponen perancangan yang terkait dengan kawasan perancangan adalah intervensi fisik; tata bangunan; sirkulasi dan parkir; tata guna lahan; jalur pedestrian; ruang terbuka; morfologi dan attractors. Kawasan Kota Lama Semarang dalam revitalisasi untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut memiliki visi yang diterapkan yaitu : “Kota Lama Semarang as a vibrant and responsive historic quarter”. Visi tersebut dapat dicapai dengan strategi utama, yaitu : Menetapkan strategi Kawasan Kota Lama Semarang menjadi kawasan destinasi, dimana sasaran pengguna kawasan adalah pengunjung/wisatawan dan masyarakat setempat; menciptakan magnet penarik untuk menangkap pergerakan pengunjung dari arah stasiun dan dari arah pusat kota Semarang dimana kemudian antar magnet tersebut akan mengalirkan pergerakan di dalam Kota Lama Semarang; Memperkuat identitas kawasan dengan optimalisasi node dan landmark kawasan sebagai magnet penarik dan mempertahankan tipomorfologi Kota Lama Semarang sebagai kawasan yang dibangun pada masa kolonial; melakukan intervensi fisik pada bangunan di Kota Lama Semarang berupa preservasi, renovasi, infill, demolisi,dan adaptive reuse serta penataan kembali dengan memperhatikan kontinuitas visual. Tesis ini diharapkan dapat memberikan perspektif baru dalam revitalisasi kawasan bersejarah dengan memberikan rekomendasi ide dan solusi terkait permasalahan revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang dengan pendekatan placemaking sehingga dapat menghidupkan kembali kawasan Kota Lama Semarang dengan meningkatkan kualitas ruang kota, serta menciptakan kawasan kota yang tanggap terhadap pengguna, sehingga secara tidak langsung dapat melindungi aset warisan budaya dan mendorong terciptanya kegiatan ekonomi dan sosial.