digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penurunan kualitas di Sungai Cikapundung merupakan salah satu masalah yang dialami oleh Kota Bandung. Terjadinya penurunan kualitas sungai antara lain disebabkan oleh tidak adanya penataan ruang dan tata guna lahan yang baik di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Cikapundung. Penerapan teknologi-teknologi pengelolaan lingkungan dan penataan fasilitas-fasilitas umum yang bersifat menunjang lingkungan diperlukan dalam menciptakan suatu daerah yang bersifat berkelanjutan (sustainable). Tujuan dari perancangan desain wilayah ini adalah untuk menentukan kebutuhan luas dari beberapa fasilitas pengelolaan lingkungan yang diperlukan dalam wilayah studi di sekitar DAS Cikapundung di daerah Babakan Siliwangi. Metode yang digunakan dalam perancangan desain adalah dengan menggunakan whole system design, serta mengacu pada peraturan dan standar nasional yang berlaku, serta dengan mempertimbangkan berbagai penelitian yang telah ada sebelumnya. Luas area yang dibutuhkan untuk fasilitas penyediaan air minum dalam ke-4 daerah kluster yang direncanakan adalah seluas 2.400 m2 untuk kluster 1 dan kluster 2, kluster 3, serta kluster 4. Luas lahan basah yang dibutuhkan untuk sistem pengelolaan air buangan yang dibutuhkan oleh setiap kluster adalah berkisar pada 1.400 hingga 1.800 m2. Luas ruang terbuka hijau yang direncanakan untuk penanggulangan gas CO2 antropogenik adalah 16 hektar untuk kluster 1, kluster 2, dan kluster 3, sedangkan untuk kluster 4 luas yang direncanakan adalah 20 hektar. Melalui perancangan dan penempatan fasilitas-fasilitas penunjang lingkungan, maka suatu wilayah permukiman yang bersifat berkelanjutan dapat tercapai. Hasil dari desain diharapkan dapat menjadi konsep serta wacana baru dalam pengembangan daerah permukiman yang bersifat berkelanjutan serta terintegrasi sebagai suatu sistem.