Penyediaan sanitasi merupakan salah satu sasaran pembangunan berkelanjutan yang telah diagendakan dalam Millenium Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015. Permasalahan air limbah domestik saat ini menjadi sangat mendesak untuk ditangani terutama di Kota –kota besar seperti Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin yang memiliki kondisi daratan yang berada 0,16 meter dibawah permukaan air laut, pengaruh pasang surut air laut disertai dengan kondisi tanah yang sebagian besar berupa tanah gambut atau tanah yang jenuh air memerlukan sistem pengolahan air limbah domestik yang lebih komprehensif. Saat ini Kota Banjarmasin teridentifikasi mengalami pencemaran sungai dan air tanah yang diakibatkan pencemaran limbah domestik yang berasal dari kawasan permukiman yang masih membuang langsung ke sungai maupun penggunaan septiktank tidak sesuai standar. Pembangunan sistem pengolahan limbah domestik
terpusat di kawasan permukiman untuk menimalisir pencemaran tidak diikuti ketertarikan masyarakat terhadap prasarana ini.
Penelitian ini mengkaji besaran kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk membayar penyediaan dan pelayanan prasarana air limbah domestik terpusat (centralized) di dua kawasan permukiman strategis, yaitu Kawasan Permukiman Sungai Andai (Permukiman baru) dan Kawasan Permukiman Kelayan (Permukiman padat). Selain itu juga mengkaji faktor - faktor yang mempengaruhinya kesediaan
membayar masyarakat pada kedua kawasan permukiman strategis tersebut. Analisis besarnya WTP menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method dengan teknik bidding games. Analisis kesediaan membayar dengan analisis deskriptif dan model logit sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan analisa regresi
berganda dengan metode enter.
Dari hasil survey terhadap 194 responden di Kawasan Sungai Andai dan Kelayan didapatkan besarnya kesediaan membayar biaya pemasangan sebesar Rp.979.181,- (Sungai Andai) dan Rp. 659.794,- (Kelayan), sedangkan kemampuan
membayar biaya pemasangan Rp. 1.646.257,- (Sungai Andai) dan Rp. 1.413.278,- (Kelayan). Nilai ini sangat jauh dari biaya yang ditetapkan PD.PAL sebesar Rp.
4.000.000,-. Dikarenakan pengolahan limbah merupakan barang publik dan mempunyai eksternalitas maka Pemerintah Kota dan PD. PAL tetap harus mensubsidi dalam penyediaannya. Sedangkan untuk kesediaan membayar biaya pelayanan perbulan sebesar Rp.13.660,- (Sungai Andai) dan Rp. 9.021,- (Kelayan), sedangkan kemampuan membayar biaya pemasangan Rp. 45.729,- (Sungai Andai) dan Rp. 39.258,- (Kelayan). Tarif perbulan masih dapat terjangkau dilihat dari besaran kesediaan maupun kemampuan masyarakat. Peningkatan kesediaan dapat
ditingkatkan dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu karakteristik sosial ekonomi : pendapatan dan kepemilikan rumah (Sungai Andai) tingkat kepercayaan 99% dan variabel pendidikan, pemahaman tarif pengolahan limbah domestik (Kelayan) tingkat kepercayaan 99%. Oleh sebab itu perlunya peningkatan sosialisasi
baik di permukiman baru dan permukiman padat arti penting sistem pengolahan limbah domestik sehingga eksternalitas negatif dapat dikurangi dampaknya.
Perpustakaan Digital ITB