Lumpur anoda merupakan produk samping proses electrorefining tembaga karena didalamnya terkandung sejumlah tertentu logam-logam mulia seperti Au, Ag, Pt,
Pd dan Rh. Hingga saat ini, recoveri logam-logam mulia dari lumpur anoda PT. Smelting Gresik (satu-satunya copper smelter di Indonesia saat ini) belum dilakukan di dalam negeri dimana lumpur anoda dikirimkan ke Jepang untuk proses recoveri Au, Ag, Se, Pt dan Pd setelah proses decopperizing dan detelurizing yang dilakukan di PT. Smelting. Selain mengandung Au dan Ag dalam jumlah yang signifikan, lumpur anoda PT Smelting Gresik juga memiliki kandungan Pb yang cukup tinggi hingga > 50%. Teknologi proses pengolahan lumpur anoda yang telah diimplementasikan di industri secara umum mengunakan
jalur piro-elektrometalurgi maupun hidrometalurgi dan umumnya mengolah lumpur anoda dengan kandungan Pb yang tidak terlalu tinggi. Pada penelitian ini, ekstraksi Au dari lumpur anoda PT. Smelting Gresik dilakukan dengan proses klorinasi basah menggunakan oksidator H2O2 dan
NaOCl setelah proses pemisahan Pb dari lumpur anoda dengan cara pelindian 2 tahap dalam larutan ammonium asetat. Hasil-hasil percobaan-percobaan pendahuluan menunjukkan bahwa pelindian lumpur anoda PT. Smelting secara langsung dalam larutan HCl (tanpa didahului penghilangan Pb) menghasilkan persen ekstraksi Au 30% Pb ikut terlarut. Kinetika pelindian Pb
dan Au dipelajari dengan menggunakan model inti yang menyusut (shrinking core model). Recoveri Pb dalam bentuk campuran PbSO3 dan PbSO4 dilakukan dengan
menambahkan ammonium sulfit (NH4SO3) ke dalam larutan hasil pelindian Pb. Larutan ammonium asetat diregenerasi melalui proses kristalisasi ammonium asetat trihidrat dalam filtrat pengendapan Pb yang dilanjutkan dengan pelarutan kristal ammonium asetat-trihidrat dalam metanol. Hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa Pb dapat dipisahkan dari lumpur anoda PT. Smelting secara efektif melalui proses pelindian 2 tahap dalam larutan
ammonium asetat dengan persen ekstraksi total tertinggi 94,9%. Persen ekstraksi tersebut dicapai pada konsentrasi amonium asetat 8 M, suhu 70oC, persen solid
20% dan waktu pelindian 120 menit. Studi kinetika pelindian Pb mengindikasikan bahwa laju proses pelindian Pb terkendali oleh proses difusi produk reaksi (Pbasetat) melalui inti yang tidak bereaksi dengan nilai energi aktivasi 4,9 kkal/mol. Pengendapan Pb dari larutan hasil pelindian dengan menambahkan ammonium
sulfit memberikan persen pengendapan Pb 99,9%. Larutan ammonium asetat yang diregenerasi dari larutan hasil pelindian memiliki konsentrasi sekitar 3 molar (0,43x dari konsentrasi awalnya). Pelindian Au dari residu pelindian Pb dengan menggunakan oksidator H2O2 menghasilkan persen ekstraksi Au tertinggi 99,99%
pada konsentrasi HCl 7 M, suhu 60oC, H2O2 0,5 M, waktu 180 menit, dan persen solid 20%. Kehilangan Ag pada kondisi ini hanya 0,6%. Studi kinetika pelindian Au dalam larutan HCl dengan oksidator H2O2 menunjukkan bahwa laju proses terkendali baik oleh difusi HCl melalui lapis fluida maupun reaksi kimia pada antarmuka (mixed control). Pelindian Au dengan oksidator NaOCl
menghasilkan persen ekstraksi Au tertinggi 98,86% pada konsentrasi HCl 5 M, suhu 40oC, NaOCl 20% (v/v), waktu 120 menit, dan persen solid 20%. Kehilangan Ag pada proses ini 2–3 %.
Perpustakaan Digital ITB