digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Saat ini, masyarakat perkotaan semakin menyadari pentingnya pendidikan yang baik untuk putra-putri mereka. Kesibukan kedua orang tua dengan karirnya masing-masing membuat mereka memercayakan pendidikan anak sepenuhnya kepada institusi pendidikan. Atas dasar alasan tersebut, orang tua masa sekarang menjadi lebih selektif dalam memilih institusi pendidikan bagi anak-anak mereka. Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi merupakan salah satu yayasan pendidikan yang menyadari kebutuhan tersebut. Yayasan mendirikan sekolah-sekolah, dari TK hingga SMP yang menerapkan sistem dan kurikulum khas yayasan. Kurikulum khas Salman Al Farisi menggabungkan pendidikan akademis, emosi, akhlak, dan kreativitas dalam proses pendidikan. Meningkatnya jumlah permintaan terhadap Sekolah Salman Al Farisi menjadi alasan bagi pihak yayasan untuk meningkatkan kapasitas tampung sekolah. Selain itu, penataan tapak yang tidak terencana banyak menimbulkan masalah sirkulasi, sehingga perlu dibenahi. Untuk itu, pihak yayasan berencana mendesain ulang kompleks pendidikan yang dikelolanya. Sekolah Salman Al Farisi merupakan sekolah full day, yang berarti kegiatan belajarmengajar berlangsung selama sehari penuh, dari pagi hingga sore hari. Sistem ini menimbulkan makna baru bagi sekolah, sekolah bukan hanya berperan sebagai tempat belajar, namun juga menjadi rumah kedua bagi siswa. Untuk itu, perlu dipastikan bahwa siswa merasa nyaman dan aman berada di sekolah agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan kondusif. Merancang fasilitas pendidikan ini, dengan konsekuensi kurikulum dan metode pengajaran yang digunakan oleh sekolah Salman Al Farisi sebagai dasarnya, membutuhkan ruang-ruang belajar yang lebih beragam dan bersifat fleksibel. Kegiatan belajar harus dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas, hal ini menimbulkan makna baru bagi kelas, taman bermain, maupun jalur-jalur sirkulasi. Sekolah yang juga merupakan rumah kedua, harus menjadi tempat yang menyenangkan dan menarik untuk dieksplorasi oleh anak. Rasa ingin tahu, kemandirian, dan pengalaman berbeda yang dirasakan anak harus dipelihara dan diakomodasi dalam desain. atas dasar tersebut, keamanan dan keselamatan siswa menjadi isu dalam perancangan, dan seluruh fasilitas harus bisa dimanfaatkan oleh siswa walalupun tanpa bantuan dan pengawasan dari orang dewasa.