Kebutuhan energi dunia terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan industri. Namun, peningkatan kebutuhan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan pasokan energi, khususnya energi tak terbarukan yang berasal dari fosil. Selain itu, pembakaran bahan bakar juga dapat menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang berdampak pada efek rumah kaca. Untuk itu perlu upaya
mencari sumber energi baru yang dapat diperbaharui, berkelanjutan, efisien, murah, dan ramah lingkungan, misalnya bioetanol. Biomassa mikroalga dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioetanol, karena memiliki kandungan karbohidrat dalam bentuk pati. Penggunaan biomassa mikroalga memiliki keunggulan, yaitu dapat tumbuh dengan cepat, dapat mentoleransi dan
memanfaatkan CO2 dalam jumlah banyak, dapat mengakumulasi karbohidrat dalam jumlah banyak, dan tidak mengganggu bidang pangan, lahan pertanian dan pemukiman. Penelitian ini difokuskan terhadap konversi bioetanol dari biomassa
Chlorella sp. Sel Chlorella sp. ditumbuhkan pada tiga kondisi pencahayaan berbeda, yaitu dengan lampu fluoresen (10.000 lux) periode penyinaran 12 jam dan 24 jam sehari, dan dengan sinar matahari. Hasil riset menunjukkan bahwa
kerapatan sel Chlorella sp. maksimum (21,74 × 106 sel/mL) diperoleh dari kultur hari ke-17 dan disinari lampu fluoresen selama 12 jam sehari. Sementara itu, kerapatan sel Chlorella sp. dengan pencahayaan sinar matahari dan lampu fluoresen terus-menerus adalah 21,47 × 106 sel/mL (kultur hari ke-12) dan 16,68 x 106 sel/mL (kultur hari ke-6). Kadar karbohidrat yang diperoleh dari biomassa mikroalga yang ditanam pada kondisi pencahayaan lampu fluoresen 12 jam dan 24 jam sehari, serta dengan sinar matahari berturut-turut adalah 33,7; 23,03; dan 27,15% (b/b). Kondisi kultur Chlorella sp. dengan pencahayaan lampu fluoresen 12 jam sehari yang menghasilkan konsentrasi karbohidrat tinggi digunakan untuk produksi biomassa. Untuk menghidrolisis karbohidrat, biomassa Chlorella sp. 5%
(b/v) diberi perlakuan awal dengan HCl 1M dan dipanaskan dalam penangas air selama dua jam. Produk hidrolisis yang ditentukan dengan KCKT menggunakan detektor indeks bias adalah glukosa 23,4% (b/b) dan xilosa 11,8% (b/b). Setelah
pengaturan pH menjadi 4,5, hidrolisat difermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae selama 72 jam pada 30 oC, dan produk bioetanol ditentukan dengan KCKT. Rendemen etanol yang diperoleh dari hasil fermentasi adalah 16,2% (b/b). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biomassa mikroalga Chlorella sp. dapat dijadikan sebagai bahan baku produksi bioetanol.
Perpustakaan Digital ITB