Poliamida dikenal sebagai nilon yang memiliki sifat termal dan mekanik yang baik. Oleh sebab itu, nilon banyak digunakan dalam produksi serat atau produk yang terbuat dari plastik rekayasa. Sintesis nilon di industri dilakukan secara tradisional melibatkan suhu tinggi yang dapat menyebabkan degradasi termal dari nilon. Kondisi
reaksi yang lebih ringan dapat diperoleh melalui polimerisasi enzimatik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, sintesis dari nilon-4,10; nilon-6,10 dan nilon-8,10 dilakukan melalui polikondensasi diamina (1,4-diaminobutane, 1,6 diaminoheksan, dan 1,8- diaminooktan) dan diester (dietil sebasat). Reaksi yang dilakukan dikatalisis oleh cutinase dari Fusarium solani pisi yang terimobilisasi di dalam resin Lewatit, cutinase dalam bentuk agregat yang terikat silang atau cross-linked enzyme aggregates (CLEA), dan oleh Lipase B dari Candida antarctica (CAL B) yang terimobilisasi. Sintesis dilakukan dengan reaksi satu-tahap (tekanan atmosferik) dan reaksi dua-tahap (tekanan rendah). Semua nilon yang telah disintesis dikarakterisasi dengan pengukuran attenuated total reflection-fourier transform infrared (ATR FTIR),
proton nuclear magnetic resonance (1H-NMR), matrix-assisted laser desorption/ionization-time of flight mass spectra (MALDI-ToF MS), differential scanning calorimetry (DSC), dan thermal gravimetric analysis (TGA). Semua enzim yang telah diuji menunjukkan selektivitas terhadap substrat diamina yang memiliki rantai yang panjang (C8> C6> C4). Derajat polimerisasi maksimal (DPmax) tertinggi
(DPmax = 16) diperoleh pada nilon-8,10 yang dikatalisis oleh cutinase dalam bentuk CLEA dengan reaksi dua-tahap. Nilon-8,10 yang telah disintesis memiliki Tm = 138,58oC dan suhu degradasi 300oC.
Perpustakaan Digital ITB