ABSTRAK Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
LAMPIRAN Mohammad Anas Ardiansyah
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia mencapai 1,24 Gt CO?e pada tahun 2022,
menjadikannya sebagai penyumbang emisi GRK terbesar ke-8 di dunia dengan
kontribusi sekitar 2,3% dari total emisi global. Untuk mengatasi masalah ini,
Pemerintah Indonesia telah menetapkan komitmen National Determination
Contribution (NDC) untuk mengurangi emisi GRK pada tahun 2030. Komitmen ini
mendasari lahirnya kebijakan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) dan mekanisme
perdagangan karbon melalui kredit dan stok karbon. Di sisi lain, Indonesia
mengalami deforestasi seluas 257,3 ribu ha pada tahun 2023 yang dapat
mengurangi kapasitas penyimpanan karbon. Pencegahan kerusakan hutan menjadi
penting mengingat hutan berfungsi sebagai penyerap CO? dan penghasil O?.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Garut 2011-2031, daerah ini diarahkan sebagai
kabupaten konservasi dengan kebijakan penataan ruang yang bertujuan untuk
melestarikan kawasan lindung dan menjadikannya lokasi yang ideal untuk
penelitian perdagangan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi
keuntungan yang dapat dihasilkan dari perdagangan karbon berdasarkan jumlah
karbon yang tersimpan pada perubahan tutupan lahan di Kabupaten Garut. Metode
yang digunakan bersifat kuantitatif, eksplanatori, dan eksploratif, dengan
pendekatan teknis, deduktif, dan longitudinal. Data sekunder dianalisis
menggunakan teknik spasial dan statistik deskriptif, dengan aplikasi seperti Google
Earth Engine, ArcGIS Pro, QGIS, InVEST, STATA, dan Microsoft Excel.
Penelitian ini juga menerapkan pendekatan baru dalam menghitung stok karbon
berdasarkan nilai biomassa dari citra satelit Landsat 8. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perhitungan stok karbon menunjukkan penurunan menjadi
19,62 juta ton C (-6,24%) untuk skenario Business as Usual (BAU) dan 20,9 juta
ton C (-0,08%) untuk skenario Protecting Forest Area (PFA). Estimasi keuntungan
perdagangan karbon menunjukkan penurunan menjadi Rp 2,160 triliun pada 2045
(-6,2%) untuk skenario BAU, sedangkan skenario PFA diprediksi mencapai Rp
2,302 triliun (-0,1%).
Perpustakaan Digital ITB