digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana employee influencer berkontribusi dalam membangun koneksi emosional antara institusi pemerintah dan publik melalui komunikasi digital yang autentik. Dengan pendekatan kualitatif, studi ini menyoroti kasus Pemerintah Provinsi Jawa Barat, khususnya bagaimana aparatur sipil negara (ASN dan non-ASN) terpilih menyampaikan pesan-pesan publik melalui platform seperti Instagram. Penelitian ini menggunakan lima kerangka teori—Teori Keaslian (Authenticity Theory), Paradigma Naratif (Narrative Paradigm), Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior), Ekuitas Merek Berbasis Konsumen (Customer-Based Brand Equity/CBBE), dan Ekuitas Merek Berbasis Karyawan (Employee-Based Brand Equity/EBBE)—untuk menganalisis bagaimana pesan-pesan institusi diubah menjadi narasi personal yang terasa tulus secara emosional dan relevan secara kontekstual. Temuan menunjukkan adanya tiga faktor saling terkait yang membentuk komunikasi berbasis pegawai: (1) struktur peran yang memposisikan pemerintah sebagai fasilitator, pegawai sebagai agen naratif, dan masyarakat sebagai audiens yang terlibat secara emosional; (2) siklus pengembangan narasi, di mana pesan institusional diterjemahkan, dibagikan, dan ditanggapi melalui storytelling yang dinamis dan berpusat pada manusia; dan (3) struktur pendukung seperti panduan konten, mekanisme apresiasi, dan prinsip etika yang menjaga keberlangsungan ekosistem ini. Studi ini mengusulkan sebuah model konseptual untuk menginstitusionalisasi komunikasi naratif dalam pemerintahan, bukan untuk menggantikan komunikasi formal, melainkan untuk melengkapinya melalui storytelling berbasis pegawai yang emosional dan autentik. Dengan menempatkan koneksi emosional sebagai inti dari branding pemerintahan, studi ini menegaskan potensi strategis para pegawai sebagai komunikator tepercaya yang mampu memanusiakan pesan-pesan sektor publik.