2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - Abstract
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - List of Contents
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - Chapter 1
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - Chapter 2
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - Chapter 3
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - Chapter 44
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - Chapter 5
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - Chapter 6
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 DS PP Andri Budhiman Firmanto [39022018] - Referencess
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa
Kebijakan hilirisasi mineral di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak merata, dengan pengembangan smelter nikel berlangsung pesat sementara komoditas lainnya seperti bauksit, tembaga, besi, dan mangan mengalami kemajuan yang lambat. Meskipun memiliki peran strategis, kajian-kajian sebelumnya belum mengintegrasikan keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, dan dampak ekonomi dalam satu kerangka sistem dinamik yang terpadu. Penelitian ini mengisi kesenjangan tersebut dengan menganalisis enam komoditas mineral utama, termasuk nikel kadar tinggi dan rendah, guna merumuskan skenario kebijakan diferensial yang mampu memaksimalkan manfaat ekonomi. Dengan pendekatan campuran yang menggabungkan Model Berlian Porter, teori keunggulan komparatif, AHP, dan pemodelan sistem dinamik, studi ini membangun indeks untuk mengukur daya saing, keunggulan perdagangan, dan kontribusi ekonomi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebijakan seragam seperti larangan ekspor menyeluruh tidak efektif diterapkan pada semua jenis mineral. Hilirisasi penuh paling optimal untuk nikel kadar rendah, sedangkan ekspansi smelter secara selektif lebih sesuai untuk nikel kadar tinggi. Bauksit dan tembaga memerlukan pendekatan bertahap, sementara bijih besi dan mangan lebih responsif terhadap kebijakan ekspor terbatas secara selektif. Strategi yang terdiferensiasi ini menghasilkan dampak yang bervariasi terhadap nilai ekspor, penerimaan negara, penyerapan tenaga kerja, dan keberlanjutan cadangan. Secara metodologis, integrasi antara daya saing dan keunggulan perdagangan dalam model dinamik memberikan alat analitis baru yang relevan secara kebijakan. Meskipun dibatasi oleh keterbatasan data dan cakupan pemangku kepentingan, temuan ini menawarkan wawasan praktis untuk perbaikan tata kelola mineral. Penelitian selanjutnya disarankan mencakup komoditas mineral lainnya serta mempertimbangkan faktor ESG dan risiko geopolitik guna memperkuat relevansi kebijakan.
Perpustakaan Digital ITB