Kelayakan proyek terus berkembang dan matang seiring dengan perkembangan proyek, dan pemilik
selalu mengambil kesempatan untuk meninjau kelayakan proyek selama review gerbang proyek FEL2
dan
FEL-3.
Menavigasi
kelayakan
sebuah
proyek
kepatuhan
mungkin
lebih
rumit
dan
menghadapi
berbagai
ketidakpastian,
karena
sifatnya
yang
berorientasi
mengikuti
tujuan
wajib
yang
diberikan
oleh
pemerintah,
sehingga
dalam
beberapa
kasus
kelayakan
proyek
bisa
jatuh
di
bawah
ambang
batas
kelayakan.
Studi
ini
berfokus
pada
bagaimana
kelayakan
proyek
pengolahan
bensin
(gasoline
hydrotreating)
di
Plaju,
Indonesia,
yang
merupakan
proyek
kepatuhan
dengan
tujuan
memenuhi
persyaratan
sulfur
rendah
dari
pemerintah,
dapat
mencapai
tingkat
ambang
ekonomi
dengan
menentukan
strategi
rescoping
melalui
kombinasi
antara
Proses
Hierarki
Analitik
(AHP)
dan
metodologi
penilaian
opsi
nyata
(ROV).
Studi ini menguraikan kombinasi antara AHP, sebuah alat proses pengambilan keputusan untuk
mencari aksi terbaik, dan ROV, alat penilaian opsi nyata yang akan meningkatkan tingkat
kepercayaan para pemangku kepentingan dalam menyetujui proyek kepatuhan di Indonesia. ROV
mengakui adanya fleksibilitas dan ketidakpastian, dan memberi pemilik proyek opsi—bukan
kewajiban—untuk mengambil tindakan seperti menunda, memperluas, atau membatalkan
berdasarkan bagaimana kondisi berkembang. Kemampuan untuk mempelajari risiko di depan sendiri
menunjukkan bahwa kondisi yang akan mempengaruhi langsung kelayakan proyek dan kemampuan
untuk mengubah perilaku berdasarkan pembelajaran tersebut dapat menjadi alat penilaian risiko yang
sempurna. Menurut Damodaran (1995), berbeda dengan pendekatan yang fokus pada risiko downside (nilai yang disesuaikan risiko), opsi nyata (simulasi dan decision tree) membawa pandangan yang
optimis terhadap ketidakpastian.
Opsi untuk menunda teridentifikasi sebagai alternatif terbaik, dan kasus alternatif analisis
penganggaran modal dibuat. Untuk model kasus alternatif, analisis DCF terdiri dari model arus kas
dan perhitungan BCR, dilanjutkan dengan pengujian sensitivitas terhadap parameter proyek dan
analisis probabilitas BCR menggunakan analisis Monte Carlo. Penundaan selama 3 tahun dianggap
cukup bagi pemilik untuk meninjau kembali lingkup proyek dan diharapkan terdapat pengurangan
biaya utama dalam kasus alternatif ini. Perubahan konfigurasi yang berdampak pada sedikit
perubahan spesifikasi produk dari maksimal 10 wtppm hingga 50 wtppm sulfur. Melihat hasil dari
kasus penundaan 3 tahun dan penundaan 3 tahun ditambah rescoping, pengurangan CAPEX sebesar
155 juta USD, memberikan nilai opsi sebesar 18,5 juta USD, dan meningkatkan Extended NPV
sebesar 60,09 juta USD. NPV ekstended yang positif menunjukkan bahwa menunda dan merescope
definisi proyek merupakan keputusan investasi yang baik.
Perpustakaan Digital ITB