digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kelayakan proyek terus berkembang dan matang seiring dengan perkembangan proyek, dan pemilik selalu mengambil kesempatan untuk meninjau kelayakan proyek selama review gerbang proyek FEL2 dan FEL-3. Menavigasi kelayakan sebuah proyek kepatuhan mungkin lebih rumit dan menghadapi berbagai ketidakpastian, karena sifatnya yang berorientasi mengikuti tujuan wajib yang diberikan oleh pemerintah, sehingga dalam beberapa kasus kelayakan proyek bisa jatuh di bawah ambang batas kelayakan. Studi ini berfokus pada bagaimana kelayakan proyek pengolahan bensin (gasoline hydrotreating) di Plaju, Indonesia, yang merupakan proyek kepatuhan dengan tujuan memenuhi persyaratan sulfur rendah dari pemerintah, dapat mencapai tingkat ambang ekonomi dengan menentukan strategi rescoping melalui kombinasi antara Proses Hierarki Analitik (AHP) dan metodologi penilaian opsi nyata (ROV). Studi ini menguraikan kombinasi antara AHP, sebuah alat proses pengambilan keputusan untuk mencari aksi terbaik, dan ROV, alat penilaian opsi nyata yang akan meningkatkan tingkat kepercayaan para pemangku kepentingan dalam menyetujui proyek kepatuhan di Indonesia. ROV mengakui adanya fleksibilitas dan ketidakpastian, dan memberi pemilik proyek opsi—bukan kewajiban—untuk mengambil tindakan seperti menunda, memperluas, atau membatalkan berdasarkan bagaimana kondisi berkembang. Kemampuan untuk mempelajari risiko di depan sendiri menunjukkan bahwa kondisi yang akan mempengaruhi langsung kelayakan proyek dan kemampuan untuk mengubah perilaku berdasarkan pembelajaran tersebut dapat menjadi alat penilaian risiko yang sempurna. Menurut Damodaran (1995), berbeda dengan pendekatan yang fokus pada risiko downside (nilai yang disesuaikan risiko), opsi nyata (simulasi dan decision tree) membawa pandangan yang optimis terhadap ketidakpastian. Opsi untuk menunda teridentifikasi sebagai alternatif terbaik, dan kasus alternatif analisis penganggaran modal dibuat. Untuk model kasus alternatif, analisis DCF terdiri dari model arus kas dan perhitungan BCR, dilanjutkan dengan pengujian sensitivitas terhadap parameter proyek dan analisis probabilitas BCR menggunakan analisis Monte Carlo. Penundaan selama 3 tahun dianggap cukup bagi pemilik untuk meninjau kembali lingkup proyek dan diharapkan terdapat pengurangan biaya utama dalam kasus alternatif ini. Perubahan konfigurasi yang berdampak pada sedikit perubahan spesifikasi produk dari maksimal 10 wtppm hingga 50 wtppm sulfur. Melihat hasil dari kasus penundaan 3 tahun dan penundaan 3 tahun ditambah rescoping, pengurangan CAPEX sebesar 155 juta USD, memberikan nilai opsi sebesar 18,5 juta USD, dan meningkatkan Extended NPV sebesar 60,09 juta USD. NPV ekstended yang positif menunjukkan bahwa menunda dan merescope definisi proyek merupakan keputusan investasi yang baik.