digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Red mud merupakan limbah industri yang dihasilkan pada proses pengolahan bauksit menjadi alumina melalui Proses Bayer. Estimasi red mud dihasilkan setiap tahunnya sekitar 70 juta ton di seluruh dunia. Karakteristik dari red mud yaitu partikel yang berukuran halus (seperti debu, ukuran rata-rata partikel sebesar 0,49?m) dan alkalinitas tinggi (pH 10-12,5) dapat menimbulkan permasalahan lingkungan. Di sisi lain, kandungan besi yang terkandung di dalam red mud masih tergolong tinggi yaitu 20% - 45%. Oleh karena itu, pengolahan red mud untuk mengambil besi perlu dilakukan agar mengurangi permasalahan lingkungan yang dapat terjadi dan meningkatkan nilai guna red mud tersebut. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengambil besi dari red mud dengan bahan imbuh yang paling umum digunakan yaitu batu kapur, kapur tohor, natrium karbonat, dan natrium sulfat. Penelitian kali ini akan menggunakan bahan imbuh kapur tohor (CaO) dan garam natrium lain yaitu natrium klorida (NaCl) untuk melihat perolehan besi yang didapatkan pada proses reduksi yang terjadi. Serangkaian percobaan dimulai dengan preparasi red mud, batubara, CaO, dan NaCl. Karakterisasi awal dilakukan pada red mud dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan X-Ray Fluorescence (XRF), sedangkan batubara dikarakterisasi dengan uji proksimat, uji ultimat, dan uji kandungan abu. Bahan baku kemudian diaglomerasi menjadi briket dengan variasi penambahan CaO dan NaCl sebanyak 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Briket kemudian direduksi pada temperatur 1000°C-1450°C dengan reduktor batubara menggunakan metode isotermal-gradien temperatur selama 120 menit. Hasil reduksi berupa logam besi ditimbang berat dan diukur dimensinya. Analisis akhir dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik, SEM-EDS, EPMA-WDS, perangkat lunak Image-J, dan XRD pada hasil reduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan NaCl cenderung menurunkan perolehan logam besi dengan perolehan logam besi tertinggi sebesar 74,55% didapatkan ketika penambahan 2% NaCl. Sebaliknya, penambahan CaO lebih berpengaruh dalam meningkatkan perolehan logam besi dan menurunkan kandungan sulfur dalam logam besi. Perolehan logam besi tertinggi sebesar 85,26% didapatkan ketika penambahan 6% CaO. Kombinasi kedua bahan imbuh memberikan perolehan logam besi tertinggi ketika penambahan 2% NaCl dan 2% CaO sebesar 80,47%. Penambahan CaO menghasilkan wollastonite (CaSiO3) dan penambahan NaCl menghasilkan jadeite (NaAlSi2O6) pada terak hasil reduksi. Terak juga mengandung Fe yang menunjukkan bahwa proses pemisahan terak dan logam belum berlangsung dengan sempurna.