

COVER Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Sarifah Ulfa Sahubawa
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Red mud merupakan limbah industri yang dihasilkan pada proses pengolahan
bauksit menjadi alumina melalui Proses Bayer. Estimasi red mud dihasilkan setiap
tahunnya sekitar 70 juta ton di seluruh dunia. Karakteristik dari red mud yaitu
partikel yang berukuran halus (seperti debu, ukuran rata-rata partikel sebesar
0,49?m) dan alkalinitas tinggi (pH 10-12,5) dapat menimbulkan permasalahan
lingkungan. Di sisi lain, kandungan besi yang terkandung di dalam red mud masih
tergolong tinggi yaitu 20% - 45%. Oleh karena itu, pengolahan red mud untuk
mengambil besi perlu dilakukan agar mengurangi permasalahan lingkungan yang
dapat terjadi dan meningkatkan nilai guna red mud tersebut. Beberapa penelitian
telah dilakukan untuk mengambil besi dari red mud dengan bahan imbuh yang
paling umum digunakan yaitu batu kapur, kapur tohor, natrium karbonat, dan
natrium sulfat. Penelitian kali ini akan menggunakan bahan imbuh kapur tohor
(CaO) dan garam natrium lain yaitu natrium klorida (NaCl) untuk melihat perolehan
besi yang didapatkan pada proses reduksi yang terjadi.
Serangkaian percobaan dimulai dengan preparasi red mud, batubara, CaO, dan
NaCl. Karakterisasi awal dilakukan pada red mud dengan X-Ray Diffraction (XRD)
dan X-Ray Fluorescence (XRF), sedangkan batubara dikarakterisasi dengan uji
proksimat, uji ultimat, dan uji kandungan abu. Bahan baku kemudian diaglomerasi
menjadi briket dengan variasi penambahan CaO dan NaCl sebanyak 0%, 2%, 4%,
6%, 8%, dan 10%. Briket kemudian direduksi pada temperatur 1000°C-1450°C
dengan reduktor batubara menggunakan metode isotermal-gradien temperatur
selama 120 menit. Hasil reduksi berupa logam besi ditimbang berat dan diukur
dimensinya. Analisis akhir dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik,
SEM-EDS, EPMA-WDS, perangkat lunak Image-J, dan XRD pada hasil reduksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan NaCl cenderung menurunkan
perolehan logam besi dengan perolehan logam besi tertinggi sebesar 74,55%
didapatkan ketika penambahan 2% NaCl. Sebaliknya, penambahan CaO lebih
berpengaruh dalam meningkatkan perolehan logam besi dan menurunkan
kandungan sulfur dalam logam besi. Perolehan logam besi tertinggi sebesar 85,26%
didapatkan ketika penambahan 6% CaO. Kombinasi kedua bahan imbuh
memberikan perolehan logam besi tertinggi ketika penambahan 2% NaCl dan 2%
CaO sebesar 80,47%. Penambahan CaO menghasilkan wollastonite (CaSiO3) dan
penambahan NaCl menghasilkan jadeite (NaAlSi2O6) pada terak hasil reduksi.
Terak juga mengandung Fe yang menunjukkan bahwa proses pemisahan terak dan
logam belum berlangsung dengan sempurna.