Gempabumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi karena adanya pelepasan energy dari dalam bumi secara tiba-tiba. Lapisan bumi paling luar terdiri dari lempengan-lempengan tektonik yang senantiasa bergerak. Pergerakan dari lempengan menghasilkan deformasi dan lempengan yang berdeformasi inilah yang mengumpulkan energi. Gempabumi memiliki potensi untuk menghancurkan bangunan-bangunan yang berada di permukaan, hal ini dapat menyebabkan korban jiwa dan kerugian materiil. Provinsi DKI Jakarta tidak luput dari bahaya gempabumi. Indonesia sendiri terletak di daerah rawan gempa karena berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi tentu akan sangat berisiko jika tidak ada tindakan mitigasi yang benar terhadap bahaya gempabumi.Studi mikrozonasi dan pembuatan peta risiko diharapkan dapat membantu dalam meminimalisir dampak yang timbul dari gempabumi. Studi mikrozonasi ini dilakukan dengan menganalisis skenario gempa probabilistik periode ulang 2500 tahun. Ananlisis yang dilakukan menggunakan analisis bahaya kegempaan probabilistik (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) untuk mendapatkan jarak dan magnitude gempa. Gempa kemudian dirambatkan ke permukaan untuk mendapatkan percepatan di permukaan dan faktor amplifikasi di berbagai titik yang tersebar di DKI Jakarta. Selain itu dibutuhkan data berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta dan data fragility curve bangunan. Kedua data tersebut akan dianalisis dengan peak ground acceleration untuk menentukan risiko bangunan yang ada di DKI Jakarta.Hasil yang didapat dari studi kali ini adalah peta nilai percepatan permukaan, peta nilai faktor amplifikasi, dan risiko bangunan. Peak Ground Acceleration DKI Jakarta berkisar antara 0,35g-1,05g dengan faktor amplifikasi sebesar 0,85-2,57. Percepatan saat periode pendek berkisar antara 0,87g-2,62g dengan faktor amplifikasi sebesar 1,1-3,31. Percepatan saat periode panjang berkisar antara 0,39g-1,96g dengan faktor amplifikasi sebesar 1,16-5,74. Bangunan di Jakarta Pusat memiliki risiko rata-rata paling tinggi dengan tingkat risiko sangat tinggi,sementara bangunan di Jakarta Selatan memiliki risiko rata-rata paling rendah dengan tingkat risiko sedang.
Perpustakaan Digital ITB