Komunikasi organisasi memegang peranan kunci dalam membentuk kepuasan kerja dan kinerja karyawan, serta keterlibatan mereka dalam organisasi. Tantangan semakin kompleks ketika organisasi beroperasi dalam konteks multikultural seperti perusahaan multinasional, di mana keberagaman budaya dan hambatan bahasa dapat menjadi penghalang maupun peluang strategis dalam pengelolaan sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh dimensi komunikasi organisasi meliputi Penyebaran Informasi, Partisipasi Karyawan, Pemberdayaan Karyawan, Interkultural, dan Hambatan Bahasa terhadap Kepuasan Kerja & Kinerja, serta bagaimana variabel tersebut berkontribusi terhadap peningkatan Workplace Engagement. Studi ini difokuskan pada perusahaan multinasional di sektor otomotif yang beroperasi di Indonesia dengan latar belakang budaya kerja yang beragam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) melalui aplikasi SmartPLS versi 4. Data dikumpulkan dari karyawan yang mewakili berbagai latar belakang budaya, menggunakan kuesioner terstruktur berdasarkan skala Likert lima poin. Validitas dan reliabilitas instrumen diverifikasi melalui pemuatan faktor, Average Variance Extracted (AVE), Discriminant Validity, Construct Reliability, dan Model Fit Validation. Hipotesis diuji menggunakan path coefficients, T-statistics, P-values, and effect size (f2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh dimensi komunikasi organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan Kerja & Kinerja. Variabel Sharing Information memberikan kontribusi pengaruh terbesar dengan koefisien 0.347, T-statistic 6.006, dan P-value 0.000, mengindikasikan pentingnya transparansi informasi dalam meningkatkan kepuasan dan kinerja karyawan. Disusul oleh Pemberdayaan dengan koefisien 0.264 (T = 4.219), dan Interkultural dengan koefisien 0.222 (T = 4.431), yang menunjukkan bahwa pemberian otonomi kerja serta pengelolaan keberagaman budaya memainkan peran penting dalam membangun pengalaman kerja yang positif. Sementara itu, Hambatan Bahasa juga ditemukan memiliki pengaruh positif (koefisien 0.150, T = 2.405), yang mengindikasikan bahwa pengelolaan hambatan bahasa secara proaktif dapat memberikan dampak yang konstruktif terhadap kepuasan kerja, bukan sekadar sebagai tantangan. Variabel Partisipasi menunjukkan pengaruh positif yang signifikan meskipun dalam kategori efek yang lebih kecil (koefisien 0.126, T = 2.085).
Temuan yang paling signifikan dalam penelitian ini adalah pengaruh Kepuasan Kerja & Kinerja terhadap Workplace Engagement, dengan koefisien sebesar 0.721, T-statistic 14.087, dan P-value 0.000. Nilai effect size (f²) sebesar 1.082 menunjukkan kekuatan hubungan yang sangat besar, yang mengindikasikan bahwa karyawan yang merasa puas dan berperforma tinggi cenderung lebih terlibat secara aktif, loyal, serta menunjukkan inisiatif yang tinggi dalam pekerjaan mereka.
Berdasarkan temuan tersebut, solusi strategis yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah Penguatan Strategi Komunikasi Organisasi Interkultural Berbasis Engagement. Solusi ini mencakup pengembangan sistem komunikasi internal yang terbuka, memberdayakan, dan inklusif terhadap keberagaman budaya dan bahasa. Strategi ini terdiri dari lima komponen utama, yakni peningkatan transparansi informasi, pelibatan karyawan dalam pengambilan keputusan, pemberian otonomi kerja, pelatihan lintas budaya, serta dukungan terhadap kebutuhan komunikasi multibahasa. Implementasi strategi ini dirancang dalam tiga fase: fase 1 (0–12 bulan), fase 2 (1–3 tahun), dan fase 3 (3–5 tahun).
Kontribusi teoritis dari penelitian ini adalah penguatan pemahaman terhadap hubungan antara komunikasi organisasi dan engagement dalam konteks interkultural, serta penyempurnaan model strategi komunikasi berbasis transformasional di perusahaan multinasional. Secara praktis, hasil penelitian ini memberikan rekomendasi konkret bagi manajer SDM dan pimpinan organisasi dalam merancang kebijakan dan program komunikasi yang mampu menjembatani keberagaman dan meningkatkan keterlibatan karyawan secara berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan urgensi keberlanjutan dan globalisasi bisnis, strategi komunikasi yang transformatif dan lintas budaya merupakan fondasi penting dalam menciptakan organisasi yang adaptif, produktif, dan inklusif di masa depan.
Perpustakaan Digital ITB