digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Meningkatnya permintaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia yang tidak diimbangi dengan kenaikan produksi domestik telah menjadi isu nasional yang mendesak. Menanggapi hal tersebut, SKK Migas memberikan mandat kepada PT. Pertamina Hulu Rokan Zona 4 untuk mengoptimalkan produksi LPG di LPG Plant Limau Timur (LMT) sebagai bagian dari strategi nasional dalam meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi impor LPG. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi optimal dalam peningkatan output LPG melalui perbaikan distribusi gas dan efisiensi operasional di LPG Plant LMT. Pendekatan pengambilan keputusan yang digunakan adalah Value Focused Thinking (VFT) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengidentifikasi kriteria evaluasi utama—yakni Kualitas (Quality), Biaya (Cost), Waktu Pengiriman (Delivery), dan Keamanan (Safety)—serta menilai berbagai skenario alternatif pengoptimalan dengan pendekatan multi-kriteria. Tiga skenario alternatif dikembangkan dan dievaluasi melalui diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion/FGD) yang melibatkan para pakar dari internal Pertamina dan perwakilan SKK Migas. Alternatif yang dikaji berfokus pada integrasi sumber gas tambahan dari struktur TCL, GCM, dan PSI guna meningkatkan volume feed gas ke LPG Plant LMT. Metode AHP digunakan untuk menilai setiap alternatif berdasarkan sub-kriteria seperti efisiensi penggunaan pabrik, peningkatan produksi LPG, biaya proyek, biaya operasional, jadwal proyek, pemenuhan permintaan LPG, serta risiko operasional dan sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa Skenario Alternatif 3—yang mencakup integrasi gas dari TCL, GCM, dan PSI, pembangunan header baru di SKG-X, serta instalasi pipa baru menuju LPG Plant LMT—merupakan solusi paling optimal dengan bobot prioritas global sebesar 0,558. Implementasi skenario ini diproyeksikan akan memaksimalkan produksi LPG dengan pemanfaatan penuh kapasitas pabrik, meningkatkan keandalan operasional, dan memenuhi target produksi nasional. Analisis kelayakan proyek dari sisi teknis dan finansial menunjukkan struktur biaya proyek yang wajar, jadwal pelaksanaan yang realistis, serta potensi pengembalian ekonomi yang menguntungkan. Inisiatif optimalisasi ini diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap indikator kinerja utama seperti kualitas produk, efisiensi biaya, ketepatan pengiriman, keselamatan kerja, dan moral karyawan. Penelitian ini memberikan kerangka pengambilan keputusan berbasis nilai yang terstruktur dan dapat dijadikan referensi strategis untuk proyek-proyek peningkatan infrastruktur energi serupa di Indonesia.