PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 menghadapi gangguan bisnis kritis akibat penolakan pembelian Kondensat Sungai Gerong (KSG) oleh pembeli utamanya, RU III Plaju. Penolakan ini dipicu oleh perubahan regulasi pemerintah yang mengubah formula harga KSG, sehingga tidak lagi menguntungkan bagi pembeli. Dampaknya, terdapat risiko besar terjadinya kehilangan produksi sekitar 1.600 BCPD, serta potensi kerugian operasional dan finansial lanjutan, termasuk penurunan produksi LPG dan gangguan pada kontrak pasokan gas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif strategi lifting KSG yang paling layak dan strategis. Pendekatan yang digunakan adalah Value-Focused Thinking (VFT) untuk merumuskan tujuan operasional utama, serta Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengevaluasi dan memprioritaskan alternatif berdasarkan kriteria biaya, manfaat, risiko, dan waktu pelaksanaan. Data diperoleh melalui Focus Group Discussion dan wawancara semi-terstruktur dengan para ahli lintas fungsi (Subject Matter Experts). Tiga alternatif strategi yang dikembangkan yaitu: (1) koneksi ke pipa Tempino, (2) koneksi ke pipa SPD Plaju, dan (3) reaktivasi fasilitas jetty untuk menjangkau pembeli baru. Hasil perbandingan berpasangan menggunakan AHP menunjukkan bahwa koneksi ke pipa Tempino adalah solusi paling optimal, dengan skor prioritas global tertinggi (0,363). Alternatif ini unggul dalam aspek waktu pelaksanaan (eigenvalue 0,578) dan fleksibilitas pasar (bobot prioritas 0,479), serta memungkinkan diversifikasi pembeli melalui pencampuran dengan Jambi Mix Crude. Simulasi teknis membuktikan kelayakan operasional alternatif ini, dengan peningkatan tekanan pipa dari 95 psig menjadi 145 psig untuk memastikan integrasi aliran dengan pipa minyak Tempino. Analisis finansial juga menunjukkan potensi keuntungan ekonomi yang signifikan dalam berbagai skenario harga.
Perpustakaan Digital ITB